Kamis, 14 Juni 2012

Semangat, Pantang Menyerah dan Berjuanglah


Semangat, Pantang Menyerah dan Berjuanglah.

Judul di atas terinspirasi dari video-video yang saya tonton bersama teman-teman satu angkatan psikologi tadi sore dengan dosen yang saya hormati Ibu Egi. Video-video yang di tampilakan sangat bermanfaat, begitu menginpirasi dan memberi nutrisi batin setiap orang yang melihatnya. Saya merasa sangat kagum dengan orang-orang yang ada dalam video tersebut, dengan keterbatasan mereka, tak ada yang tak mungkin untuk bisa dilakukan, bahkan sangat luar biasa.
Saya merasa perlu membagi kisah yang saya lihat sekilas disalah satu di video tersebut, yang dipersembahkan oleh Ibu Egi. Agar semua orang dapat kembali mengisi kekosongan hati yang lapar akan semangat hidup, perjuangan, dan pantang menyerah.
Berikut ini adalah kisah seorang anak yang mengalami kecelakaan yang saya kutip dari Team Penulis Andriewongso.com, pada kisah ini bukanlah akhir dari hidupnya melainkan awal perjuangannya.

Sumber gambar: http://www.andriewongso.com/awartikel-3112-AW_Inspirational_Video-Qian_Hongyan,_Semangat_si_Bocah_Cacat



          Apa yang kita lihat diatas adalah foto asli seorang anak berusia belasan di china bernama Qian Hongyan. Ujian yang mahaberat untuk seorang anak yang baru melihat dunia beberapa tahun yang lalu ini sangatlah menyentuh hati nurani kita. Di usianya yang masih sangat dini yakni tiga tahun (tepatnya pada bulan Oktober 2000) ia mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan separuh tubuhnya hingga batas pinggang harus diamputasi. Kondisi itu diperparah lagi dengan keadaan ekonomi orangtua Qian yang tidak berkecukupan. Karena itu, keluarga gadis cilik yang tinggal di Zhuangxia, China itu tak mampu memberikan kaki palsu untuk Qian. Sebagai gantinya, keluarga tersebut menyangga tubuh Qian dengan potongan bola basket. Sebuah solusi yang jauh dari kata nyaman, seperti kaki-kaki palsu lainnya.
Tidak dapat kita bayangkan, jika kondisi kita seperti apa yang di alami oleh Qian, tentu pukulan telak dalam keberlangsungan hidupnya nanti. Dan tak terbayangkan apa yang bisa kita lakukan tanpa kaki, tanpa kesempurnaan tubuh ini?
Dengan masalah sehari-hari saja terkadang kita masih banyak kebodohan-kebodohan yang kita lakukan. Seperti melakukan segala hal yang kurang bermaanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, membuang-buang waktu, berbicara yang tidak baik, berprilaku yang tidak baik, bahkan berpikiran yang tidak seharusnya. Tak terhitung masalah yang kita timbulkan, yang tidak jarang membuat diri kita sendiri atau orang lain pusing karenanya. Apa lagi dengan masalah yang dihadapi Qian, tak mampu rasanya melihat kondisi seperti itu, butuh hati yang suci, semangat, perjuangan yang mahabesar untuk menghadapinya. Meskipun demikian Qian membuktikan dirinya bahwa ia bukanlah manusia yang mudah menyerah.

Sumber foto: Sumber gambar: http://www.andriewongso.com/awartikel-3112-AW_Inspirational_Video-Qian_Hongyan,_Semangat_si_Bocah_Cacat

Sumber foto: Sumber gambar: http://www.andriewongso.com/awartikel-3112-AW_Inspirational_Video-Qian_Hongyan,_Semangat_si_Bocah_Cacat

Hingga, suatu ketika ia mendatangi sebuah pertandingan olahraga nasional yang diselenggarakan di Kunming pada bulan Mei 2007. Disanalah awal semangat untuk mendunia itu mencul. 


Saat itu, Qian setiap hari menyaksikan perjuangan beberapa atlet cacat yang ikut menyemarakkan pertandingan. Melihat perjuangan rekan senasib yang bertubuh cacat, hati Qian pun tergerak. Jika orang lain mampu berprestasi di bidang olahraga meski dengan tubuh cacat, mengapa dia tidak melakukan hal yang sama? Pikiran itulah memunculkan cita-cita Qian Hongyan untuk ikut menjadi seorang atlet.
Maka, selepas acara olahraga nasional tersebut, tekad Qian segera diwujudkan dengan bergabung di sebuah klub renang khusus. Tekad itu didukung sepenuhnya oleh orangtua Qian. Maka, mereka pun mendatangi Zhang Honghu, seorang pelatih yang terkenal banyak menjadikan perenang cacat sebagai juara di kejuaraan renang. Qian meminta kesempatan kepada Zhang untuk dilatih menjadi seorang seorang juara.
Zhang yang dikenal sebagai pelatih bertangan dingin hanya mengatakan bahwa semua tergantung pada kemauan dan tekad Qian. Sebab, menurutnya, dengan kekurangan separuh tubuh yang tak dimilikinya, agak sulit bagi Qian untuk berenang dengan hanya mengandalkan kedua lengannya. Tetapi, tekad sangat kuat Qian rupanya berhasil memikat Zhang. Maka, ia pun memberikan porsi latihan khusus bagi Qian agar lebih mampu menyeimbangkan kedua bahu dan lengannya.
Kepercayaan Zhang pun dijawab dengan kesungguhan Qian. Dengan porsi latihan cukup berat, apalagi dengan kesulitan yang dialami sejak awal latihan, Qian tak pernah sekali pun mengeluh. Baginya, impian untuk menjadi atlet adalah cita-cita yang tak boleh padam. Dalam sehari, setidaknya jarak 2000 meter ditempuh Qian di arena air untuk melatih otot-ototnya. Selain itu, latihan lain seperti sit-up, mengangkat beban, hingga berbagai jenis latihan dilakukannya dengan bersemangat.
Semangat inilah yang membuat Qian kini dikenal di seantero China dan bahkan dunia. Kisah hidup dan tekad kuatnya telah menginspirasi banyak orang agar mampu mendobrak segala keterbatasan. Kisah Qian banyak dimuat di berbagai media baik cetak maupun online sehingga mengangkat namanya. Kini, ia ingin mendunia dengan usahanya mewakili China pada tahun 2012 pada kejuaraan renang di olimpiade khusus orang cacat. Tak tanggung-tanggung, Qian mematok target menjadi juara dunia renang pada kejuaraan olimpiade tersebut. Dia bekerja keras untuk mewujudkan impiannya tersebut. Jika melihat kesungguhan dan tekadnya, sepertinya impian itu tak mustahil untuk dicapai. Sebab, sejatinya kesungguhan dan tekad kuat yang dilandasi kerja keras akan mampu menaklukkan segala tantangan.
Dari cerita ini kita dapat memetik banyak hal yang harus kita jadikan nutrisi semangat hidup kita. Janganlah pernah berkata tak mungkin atau mustahil. Apa yang kita lakukan dengan semangat, pantang menyerah dan perjuangan, buktikanlah cita-citamu bahwa AKU BISA!

Referensi:
http://www.andriewongso.com/awartikel-3112-AW_Inspirational_Video-Qian_Hongyan,_Semangat_si_Bocah_Cacat

Kamis, 26 April 2012

Teori Kepribadian Sehat


Teori Kepribadian Sehat

Apakah yang dimaksud dengan kepribadian yang sehat?bagaimana sifat-sifat orang yang memiliki kepribadian yang sehat?dan apakah anda adalah pribadi yang sehat?
Mungkin ini adalah pertanyaan yang sangat menarik untuk dibahas dalam suatu pandangan yang mewakili pertanyaan dari banyak orang.
Kepribadian adalah kata yang begitu umum dipakai di dunia Psikologi, kepribadian seseorang bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berbagai orang dalam berbagai keadaan. Untuk definisi kepribadian hampir bisa dikatakan tidak ada suatu kesepakatan definisi dari keseluruhan pandangan yang pernah dilontarkan. Menurut allport (1937) ia menemukan bahwa ada hampir 50 definisi berbeda yang digolongkannya kedalam sejumlah kategori. Allport sendiri memandang “kepribadian merupakan apa orang itu sesungguhnya”.
Sehat merupakan bagian dari harta manusia yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup melakukan perbuatan mulia sehingga sehat dapat di pandang indah untuk selalu disandang oleh individu yang sadar akan hal tersebut.
Dalam kesempatan kali ini akan dibahas pandangan Erich Fromm mengenai kepribadian sehat. Kepribadian yang sehat secara akademisi di pelajari secara mendalam pada psikologi pertumbuhan, yang didalamnya terdapat model-model kepribadian sehat.
sumber gambar: qualcosacheleggo.it
Erich Fromm yang pernah menuliskan “kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat dimana kita hidup”. Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultur begitu penting, fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat. Jadi kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Apakah suatu kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau mengambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.
Fromm memberikan suatu gambaran yang jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar didunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Akan tetapi ada salah satu pengertian dimana kepribadian sehat dan produktif benar-benar menghasilkan sesuatu dan merupakan hasil yang sangat penting dari individu, yakni diri. Orang-orang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi mereka, dengan menjadi semua menurut kesanggupan mereka dan memenuhi semua kapasitas mereka.

            Pengertian dasar dari teori fromm

Fromm adalah seorang teoretikus kepribadian yang handal, beliau sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Karl Marx. Tulisan-tulisan fromm dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusasteraan dan filsafat. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesendirian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang hal itu adalah situasi khas manusia. Anak, misalnya, bebas dari ikatan-ikatan primer dengan orang tuanya, tetapi dengan akibat bahwa ia merasa terisolasi dan tak berdaya.
Dalam teorinya tentang irasionalitas manusia, fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri tentang kepribadian dalam suatu seri buku-buku yang sangat populer pada saat itu. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai suatu yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia.
Fromm menulis “kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat di mana kita hidup ”. karena kekuatan sosial dan kultural begitu penting, from percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa lampau dan sekarang) dikarenakan memahami struktur anggota-anggota individu dalam masyarakat itu. Jadi, kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan, maka sama halnya dengan individu. Apakah suatu kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Kerena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha individu jika dibandingkan dengan usaha masyarakat. Faktor kuncinya ialah bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Suatu masyarakat tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya, dan menghalangi pertumbuhan yang terjadi dalam setiap individu. Suatu masyarakat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lainnya, menjadi produktif dan kreatif, mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektifitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.
Fromm percaya bahwa kita semua memiliki suatu perjuangan yang melekat pada diri kita untuk kesehatan dan kesejahteraan emosional, suatu kecenderungan bawaan untuk kehidupan yang produktif, untuk keharmonisan dalam cinta. Dengan adanya kesempatan, kecenderungan yang diwariskan ini akan berkembang, yang memberikan individu berkembang untuk menggunakan sepenuhnya potensi yang ada.
Menurut fromm, kita adalah makhluk yang unik dan penyendiri. Sebagai akibat dari evolusi hewan yang sederhana, kita tidak bersatu dengan alam; kita telah mengatasi alam. Tidak seperti tingkah laku binatang, tingkah laku kita tidak terkait pada mekanisme-mekanisme instinktif. Akan tetapi perbedaaan yang sangat penting antara manusia dengan binatang adalah terletak pada kemampuan kita akan kesadaran diri, pikiran, dan khayal.

Kepribadian yang sehat menurut Fromm

Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif  , yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri.
Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan suara hati.
Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas mereka. Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab, respek, dan pengetahuan.
Pikiran yang produktif  meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi kehidupan yang paling luhur.
Suara hati memiliki dua tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti. Suara hati otoriter adalah penguasa yang berasal dari luar yang di internalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah suara dari dalam diri dan bukan juga dari suatu perantara dari luar diri. Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyikapi seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan seluruh persetujuan dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis. Apabila masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.

Ciri-ciri kepribadian yang sehat

Sebagai organisme yang hidup dan terus tumbuh, kita didorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan rasa lapar, haus, dan seks yang mebdorong semua organisme. Selain kita fleksibel dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan ini, kebutuhan-kebutuhan tersebut juga tidak berbeda antara diri kita dan binatang-binatang yang lebih rendah dan tidak begitu penting dalam mempengaruhi kepribadian manusia.
Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak memiliki oleh hewan-hewan yang lebih rendah atau sederhana. Semua manusia itu sehat dan ada juga yang tidak sehat hal ini di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut; perbedaanya terletak antara cara bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini terpuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang yang sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan dengan cara irasional.

Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan.

1.      hubungan
manusia menyadari hilangnya ikatan utama  dengan alam dan dengan satu sama lainnya. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah sendirian dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang-orang lain; kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasaan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Tingkah laku yang irasional, bahkan penyakit jiwa, merupakan akibat yang tidak dapat dielakan karena kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini.
Dalam sistem fromm, orang-orang yang tidak dapat mengamati dunia secara objektif, yang dapat mengamatinya hanya menurut proses-proses batin, telah mengundurkan diri kedalam diri mereka dan kehilangan seluruh kontak dengan kenyataan. Inilah definisi tradisional tentang penyakit jiwa.

2.      trasendensi
trasendensi berhubungan erat dengan kebutuhan akan hubungan seperti kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian atau barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan akan maksud dan kebebasan.

3.      berakar
hakikat dari kondisi manusia seperti kesepian dan tidak berartihal ini timbul dari pemutusan ikatan-ikatan utama dengan alam. Tanpa akar-akar ini orang tak akan berdaya, jelas merupakan kondisi yang amat berat.
Cara yang ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan denag sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas denagn orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan akan berakar, untuk yang mengkoneksikan dan berhubungan dengan dunia luar.
Fromm mengemukakan suatu cinta yang berfokus pada negaranya sendiri mengeluarkan cinta untuk negara orang lain dan ini merupakan suatu bentuk pemujaan berhala, bukan atas nama cinta.

4.      perasaan identitas
manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaanya tentang dia, siapa dan apa.
Cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan ini ialah individualitas, proses seseorang menciptakan suatu perasaan tertentu tentang identitas diri.
Orang-orang yang mengalami individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain.

5.      kerangka orientasi
bersambung dengan pencarian suatu perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of reference atau konteks dengan mana seseorang menginterprestasikan semua gejala dunia. Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang memberikan kesempatanuntuk memahami semua peristiwa dan pengalaman.
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realitas dan objektif tentang dunia. Terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia secara objektif, untuk menggambarkan dunia denagn tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjetif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan didalam diri.

Kita telah membicarakan cara-cara yang sehat dan tidak sehat dari pemuasan lima kebutuhan dalam teori Fromm. Teori ini telah memberikan kita suatu ide tentang kodrat kepribadian yang sehat.

Dari uraian sederhana diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian sehat adalah milik dari setiap individu, pada dasarnya manusia dilahirkan dalam kondisi yang bahagia didalam keadaan menyakitkan sekalipun. Pribadi yang sehat terdapat di setiap insan manusia yang mau menerima kekurangan dan kelebihan dengan penuh bahagia serta menyadari arti kehidupan dengan penuh kebijaksanaan. Maka dari itulah kepribadian yang sehat itu muncul.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan kepribadian sehat, mohon maaf jika ada salah dalam penulisan dan akhir kata saya ucapkan ...
sumber gambar : indrapangestu.com


Sumber :

Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.

Hall S, C .,& Lindzey, G. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius. Yogyakarta.



Selasa, 03 April 2012

Psikologi Kematian Dalam Menghadapinya


Psikologi Kematian Dalam Menghadapinya

Sumber gambar: lenasayati.blogspot.com

Kematian adalah subyek yang kebanyakan orang tidak suka untuk mendengar, membicarakan, atau bahkan memikirkannya. Jelas hal ini memberikan suatu pertanyaan, “mengapa??”
Terlepas dari semua itu suka atau tidak suka, setiap orang dari kita semua pasti akan mengalami kematian atau meninggal dunia. Dan bahkan sebelum kita mengalami kematian, sudah berapa banyak kita telah menyaksikan orang lain atau salah satu anggota keluarga kita yang mendahului kita semua. Kematian adalah realitas, atau suatu fakta yang nyata. Dengan demikian apakah kita tetap menutup hati dan pikiran akan hal ini? Dari tulisan ini mari kita coba mendekati apakah kematian itu sebenarnya dan bagaimana kita menghadapinya.

Mungkin rasa tidak nyaman kita terhadap kematian disebabkan kita berpikir bahwa kematian akan menjadi pengalaman yang sangat menakutkan, kegelapan, alam kubur yang lembab, menyakitkan dan masih banyak lagi. Terlepas dari semua itu sebaiknya kita memandang kematian sebagai awal untuk mengintropeksi diri, kesadaran akan hal-hal yang penting di kehidupan ini, janji terhadap kepercayaan spiritual yang kita percayai masing-masing dan waktunya untuk mendalami cinta kasih.

Mari kita ambil contoh dari IntaMcKimm, direktur Buddhist Center di Brisbane, Australia. Inta meninggal karena kanker paru-paru pada bulan Agustus 1997. dua bulan sebelum kematiannya dia menulis surat kepada guru spiritualnya, Lama Zopa Rinpoche : “walau saya mati, ini adalah waktu yang paling bahagia didalam kehidupan saya... kerena sebuah kehidupan yang lama tampak begitu keras, begitu sulit. Namun ketika mengenal kematian dengan benar, kehidupan ini berubah menjadi kebahagiaan terbesar. Saya tidak ingin seseorang kehilangan kebahagian pada saat kematiannya, kebahagian besar yang datang dengan cara mengenal ketidakabadian dan kematian. Ini cukup mengejutkan dan di luar dugaan dan benar-benar sangat membahagiakan. Ini adalah kebahagiaan terbesar dari seluruh kehidupan saya, petualangan yang besar dan pesta terbesar.”

Inta menghabiskan beberapa bulan terakhir dari hidupnya dengan mengabdikan dirinya pada praktek spiritual. Pada saat kematiannya, pikirannya damai, dan dia di kelilingi oleh keluarga dan teman-temanya yang berdoa untuknya.

Disini kita akan berpacuan pada perspektif Buddhisme yang banyak memiliki pandangan mengenai kematian. Kematian adalah sesuatu yang alami  merupakan bagian yang tak terhelakan dari sebuah kehidupan manapun di dunia ini. Kadang-kadang orang berpikir kematian sebagai suatu hukuman untuk hal-hal yang buruk yang pernah kita lakukan, atau sebagai suatu kegagalan atau kesalahan. Faktanya adalah kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari alam. Contoh sederhana yang di ajarkan alam kepada kita tentang kematian adalah seperti matahari terbit dan akhirnya tenggelam, seperti musim yang datang dan silih berganti, seperti bunga-bunga yang indah namun akhirnya harus layu dan mengering. Semua ini adalah kehidupan selama beberapa waktu saja dan akhirnya pun harus meninggalkannya.

Christine longaker, seorang perempuan Amerika, yang memiliki pengalaman kerja menangani orang meninggal selama lebih dari dua puluh tahun, telah memformulasikan empat tugas yang akan membantu kita untuk menghadapi kematian, dan menjalani kehidupan secara penuh dan berarti. Keempatnya adalah:

  1. memahami dan mentransformasikan penderitaan. Secara mendasar ini berarti bersedia menerima sebagai suatu masalah, kesulitan-kesulitan, dan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan. Bagian ini tak terpisahkan dari kehidupan dan belajar menanggulangi akan hal itu. Kita dapat belajar menanggulangi penderitaan yang lebih kecil, sebagaimana kita menjalani kehidupan maka kita akan mampu menanggulangi penderitaan, penderitaan yang lebih besar dengan lebih baik pada saat menghadapi kematian nanti.
  2. menjalani suatu koneksi, memulihkan hubungan dan melepaskan (tidak terikat). Tugas ini mangacu pada hubungan kita dengan orang lain, secara khusus keluarga dan teman-teman. Hal-hal penting yang harus kita lakukan adalah belajar dari berkomunikasi secara jujur, welas asih dan tanpa keakuan, dan menyelesaikan masalah dengan orang lain (jika ada) yang belum terselesaikan.
  3. mempersiapkan diri secara spiritual untuk menghadapi kematian. Christine menulis: “setiap tradisi keagamaan menekankan bahwa mempersiapkan diri secara spiritual untuk menghadapi kematian adalah penting sehingga seseorang melaksanakan praktek mendarah daging dengan begitu dalam sehingga dia menjadi bagian dari daging dan tulang kita, respons reflektif kita terhadap setiap situasi dalam kehidupan, termasuk pengalaman-pengalaman dari penderitaan kita.”
  4. menemukan arti kehidupan. Banyak orang menjalani kehidupan tanpa suatu gagasan yang jelas mengenai apa tujuan dan arti kehidupannya. Kurangnya kejernihan mengenai hal ini dapat menjadi suatu problem ketika seseorang menjadi bertambah tua dan semakin dekat dengan kematian sebab seseorang akan semakin lemah dan lebih bergantung pada orang lain. Maka perlu menyelidiki pertanyaan-pertanyaan semacam ini, “apa tujuan hidup saya? Mengapa saya berada di sini?apa yang penting dan tidak penting?”

Sesungguhnya tulisan ini hanya sebagian titik dari sebuah maha karya lukisan yang menggambarkan kematian. Masih perlu kita sadari bahwa sebuah kematian adalah titik awal dari proses belajar kehidupan, masih banyak embun tetes air yang perlu kita serapi kedalam kesadaran hidup ini. Saya berharap dengan inspirasi sederhana ini kita semua dapat menerima kematian dan tidak begitu takut terhadapnya, baik kematian terhadap diri sendiri maupun kematian orang lain. Jadikan diri kita penuh damai, sadar dan bijaksana dalam menyikapi kematian.

Daftar Pustaka: Khadro, Sangye Ven. 2007. Menghadapi Kematian. Dian Dharma, Jakarta.

Psikologi Dan Buddhisme


Psikologi Dan Buddhisme

Sumber-sumber gambar : bestfun2010.blogspot.com, blogpsikologi.com, inda-n-f-fpsi07.web.unair.ac.id, multiperspectivepalmreading.com.

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Secara arafiah, psikologi adalah berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu (Psychē yang berarti jiwa) dan (logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Demikian pengertian secara umum yang dimuat oleh Wikipedia.
Psikologi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan jiwa yang berhubungan dengan lingkungan, hal ini lingkungan memiliki banyak bagian yang mewarnai ilmu terapan ini. Psikologi juga banyak cabang-cabang lain yang mendukungnya seperti psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, dan masih banyak cabang ilmu psikologi lainnya.
Buddhisme juga mempunyai peranan besar dalam bidang psikologi. Dikatakan bahwa Buddhisme adalah sains mengenai pikiran. Buddha, jauh sebelum Aquinas atau Heisenberg, menekankan keunggulan akan pikiran dalam persepsi dan “penciptaan” realitas.
Salah satu konsep sentral dalam Buddhisme adalah gagasan tentang “segala sesuatu diciptakan dari pikiran”. Perbedaan apapun antara subyek dan obyek adalah ilusi dan dipilah-pilah oleh kesadaran yang diskriminatif. Dalam Avatamsaka Sutra bab 20, Buddha menggunakan sebuah metafora yaitu “Pikiran adalah seperti seorang artis yang melukis seluruh dunia… bila seseorang mengetahui cara kerja pikiran sebagaimana ia secara universal menciptakan dunia…”.
Kita berpikir bahwa seseorang sedang melakukan observasi terhadap alam, tetapi apa yang kita observasikan adalah pikiran kita sendiri yang sedang bekerja, kita adalah subyek dan obyek dari metodologi kita sendiri. Lagi pula, pikiran ini melingkupi keseluruhan alam semesta; tidak ada yang berada di luar pikiran dan tidak ada apa pun yang tidak dikandung oleh pikiran, menurut Buddha.
Di dalam kitab Abhiddhamma dan kitab aliran Yogacara seperti Samdhinirmocana Sutra dejelaskan secara terperinci mengenai berbagai macam kondisi pikiran dan kategori kesadaran. Tidaklah mengherankan bila banyak Neuroscientist dan Psychotherapist terkemuka didunia menjadi pelopor dalam mempelajari agama Buddha untuk di gunakan dalam studi seperti terapi untuk gangguan tidur, penyembuhan terhadap pemikiran dan bentuk-bentuk mental yang negatif, pemahaman terhadap proses terjadinya mimpi, tidur dan proses kematian.
Menurut salah satu aliran pemikiran buddhisme yaitu aliran Yogacara, menyebutkan dunia ini adalah manifestasi dari pikiran itu sendiri. Dunia dan alam semesta yang kita amati ini sesungguhnya merupakan proyeksi tiga dimensi dari pikiran kita sendiri. Fenomena yang kita persepsikan sebagai realita bukanlah realita absolute karena masing-masing individu memproyeksikan dimensi pikirannya sehingga tidak ada realitas tunggal yang berlaku untuk semua orang. Masing-masing individu telah mendistorsikan realita tersebut dengan kacamata berwarna yang diciptakan dari benih energi karma individu pada pengalaman kehidupan sebelumnya. Hal ini dibahas oleh Michael Talbot dalam bukunya Holographic Universe dan B. Alan Wallace dalam dua bukunya yang bejudul The Taboo of Subjectivity dan Choosing Reality. Talbot mengupamakan alam semest tidak lebih nyata dibandingkan sebuah hologram yang merupakan suatu gambar tiga dimensi yang diproyeksikan kedalam ruang (space) pikiran kita. Talbot, dalam bukunya berjudul Mysticism and The New Physics, mengatakan : “kesadaran manusia mempengaruhi realitas”.
Dalam kaitanya psikoterapi dan neurosains, Dr. Carl G. Jung, seorang psikologi Analitik dan pelopor Psikologi Modern, telah menunjukan bahwa psikologi analitik sangat dekat persamaannya dengan metode Buddhisme yang esensinya terkait dengan masalah asal datangnya penderitaan, metode dalam mengatasinya, kategori mental states, dan pemahaman mendalam mengenai kesadaran (consciousness)
Mark Epstein, dalam bukunya yang berjudul Thoughts Without a Thinker, berusaha menggabungkan ilmu kejiwaan barat dengan ajaran Buddha. Dalam bukunya, disebutkan bahwa ingatan-ingatan yang hilang, emosi-emosi yang menyakitkan, pandangan-pandangan khayal, dan nafsu untuk menghancurkan, dapat ditemukan akarnya.
Buddhisme mengajarkan tentang bermeditasi untuk mencapai pandangan, perbuatan dan ucapan benar. Meditasi dalam buddhisme tidak seperti kebanyakan orang awam mengetahuinya, mediatasi berintikan kesadaran konsentrasi pada berbagai objek meditasi yang dapat di pilih dan sesuai. Salah satu metodenya adalah meditasi relaksasi disebut sebagai latihan relaksasi dan penanaman untuk berpikir positif disebut sebagai strategi kognitif, yang kemudian didefinisikan sebagai “metode belajar untuk meningkatkan pikiran positif dan menurunkan pikiran negatif untuk mengenali pikiran irasional dan mengubahnya, serta untuk menggunakan pelatihan diri guna menangani situasi bermasalah”.
Sebagai contoh dari pikiran negatif adalah perasaan marah. Setelah kita mengetahui perasaan marah dengan meditasi penembusan, maka kekuatan dari emosi kemarahan akan berkurang dan suatu saat akan hilang. Semakin kita mengenali suatu pikiran negatif, semakin sulit bagi pikiran negatif itu untuk berkembang dan melumpuhkan pikiran kita menjadi kacau. Jadi menurut psikoterapi versi buddhisme, kita harus berani menghadapi musuh dan berusaha mengenalinya sehingga suatu hari musuh tersebut menjadi teman baik kita.
Sebenarnya masih banyak korelasi antara Buddhisme dengan Psikologi, ini adalah sebagian tulisan yang di rangkum berdasarkan sumber yang ada. Dari pemaparan diatas ilmu pengetahuan tidak bisa dikatakan berdiri sendiri namun banyak korelasi didalamnya sehingga membentuk ilmu pengetahuan yang kompleks dan berbobot. Ada satu kalimat yang bisa mewakili tulisan kali ini yaitu “pikiran adalah pelopor segalanya, maka di waktu tinggal bersama teman berhati-hatilah dengan ucapan tetapi sewaktu tinggal sendirian, berhati-hatilah terhadap pikiran” demikian atas tulisan yang mencoba memperlihatkan ke eratan psikologi dengan Buddhisme, terima kasih telah mengunjungi blog ini kritik dan saran sangat mengapresiasikan tulisan ini dan pribadi saya, mohon maaf atas segala kekurangannya dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Daftar Pustaka: Taniputera, Ivan. 2003. Sains Modern dan Buddhisme. Karaniya. Jakarta.

Senin, 02 April 2012

Kekuatan Dari Persahabatan


Kekuatan Dari Persahabatan





                               Sumber gambar : lovelaxmi.blogspot.com

Didunia ini manusia adalah makhluk yang bisa dikatakan mendekati sempurna, dibanding dengan makhluk hidup lainnya. Manusia diberikan kesempatan pada kehidupan ini untuk bisa mengembangkan potensial dirinya melalui apapun yang bisa dijadikan pelajaran hidup yang berharga untuk dirinya. Begitu banyak ilmu pengetahuan yang muncul dari zaman ke zaman, dan begitu banyak ilmuan dan penemu yang bermunculan dengan pandangannya serta temuannya. Hal ini tanpa disadari membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang bijaksana, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak memiliki kebijaksanaan dalam dirinya. Hanya saja tergantung bagaimana menyadari, menggunakan dan menghargai kebijaksanaan dalam diri ini.

Kebijaksanaan manusia sangatlah lengkap yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya, yakni memaknai arti persahabatan antar manusia. Persahabatan tidaklah sama dengan pertemanan, persahabatan memiliki komposisi yang sangat lengkap diantaranya kesetian yang tidak perlu di pertanyakan lagi tentang kekuatannya dalam suka ataupun duka. Tentu bukan hanya sekedar kesetian saja yang memperkuat persahabatan, apa sajakah kandungan dari persahabatan itu dan bagaimana kita mengambil kekuatan dari persahabatan. Berikut ini adalah cerita yang bisa menggambarkan tentang persahabatan. Kisah persahabatan antara seekor harimau dangan seekor singa, yang berjudul “Angin dan Bulan”.



“Angin Dan Bulan”

Sumber gambar : tamandharma.com

Dahulu kala, seekor singa dan seekor harimau tinggal bersama didalam sebuah gua. Mereka berdua berkawan sangat akrab. Meski tampaknya aneh bagi kita, mereka tidak berpikir bahwa persahabatan mereka tidak biasa. Ini disebabkan karena mereka telah bertemu ketika mereka masih sangat muda untuk mengetahui perbedaan antara singa dan harimau. Disamping itu, mereka juga tinggal di pegunungan yang damai. Ini mungkin berkat pengaruh seorang Pertapa hutan yang ramah yang tinggal di dekat sana. Beliau adalah seorang pertapa, yang hidup jauh dari keramaian.

Suatu hari, karena beberapa alasan yang tidak jelas, dua sahabat tersebut terlibat dalam suatu perdebatan yang lucu. “setiap orang tahu bahwa udara dingin datang ketika bulan berubah dari bulan penuh kebulan baru!” kata harimau. “Dari mana kamu mendengar omong kosong seperti itu?setiap orang tahu bahwa udara dingin datang ketika bulan bertambah besar dari bulan baru menjadi bulan penuh!”bantah si singa.

Perdebatan ini menjadi semakin panas. Dengan segera, mereka mulai memanggil dengan nama masing-masing! Mereka tidak mencapai kesepakatan untuk mengatasi perselisihan mereka yang semakin berkembang karena tak ada yang meyakinkan. Jadi, mereka memutuskan mendatangi Pertapa hutan yang terpelajar untuk menolong mereka menyelesaikan permasalahan ini.


Ketika mereka sampai di tempat kediaman pertapa yang penuh kedamaian itu, kediua sahabat tersebut menunduk dengan penuh hormat sebelum menanyakan pertanyaan mereka. Pertapa yang ramah itu merenung selama beberapa saat, kemudian memberikan jawabannya. “dingin dapat terjadi dalam beberapa fase bentuk bulan,dari bulan baru ke bulan penuh dan kembali menjadi bulan baru lagi. Adalah angin yang menyebabkan dingin, baik angin dari barat atau utara maupun timur. Maka dari itu, kalian berdua ada benarnya! Jadi tiada diantara kalian yang terkalahkan oleh yang lain. Yang paling penting adalah hidup tanpa perselisihan, tetap bersatu. Karena persatuan adalah yang terbaik dalam semua situasi.”

Si singa dan harimau berterima kasih kepada pertapa bijaksana itu. Mereka bahagia bahwa mereka masih tetap bersahabat.

Pesan moral yang ingin disampaikan pada cerita ini adalah persahabatan dan persatuan yang sebenarnya memberikan kabaikan dalam berbagai situasi dan kondisi apapun.

Ada satu cerita lagi yang bisa menginspirasikan kita semua tentang kekuatan dari persahabatan yang berjudul “Sahabat Terbaik”. Mengisahkan seekor gajah jantan dengan seekor anjing kecil.


“Sahabat Terbaik”

    Sumber gambar: jatakakatha.wordpress.com

Pada suatu ketika hiduplah seekor gajah jantan yang dirawat dengan baik. Ditempat yang sama dengan gajah ini, tinggalah seekor anjing liar yang kurus dan tidak terawat. Kelaparan menyebabkan ia tertarik oleh nasi manis, makanan gajah itu. Si anjing kecil itu suka sekali menyelinap ke kandang sang gajah dan memakan nasi manis yang lezat yang jatuh dari mulut sang gajah. Anjing itu sangat menyukai nasi tersebut sehingga ia tidak lagi mencari makanan di tempat lain. Gajah besar perkasa itu tidak mengetahui akan kehadiran si anjing kecil liar yang pemalu.

Segera, anjing kurus itu tumbuh menjadi lebih besar dan lebih kuat karena memakan nasi manis, dan menjadi sangat menawan. Gajah berwatak baik itu mulai memperhatikannya. Oleh karena anjing itu sudah terbiasa dengan si gajah, ia tidak ketakutan dan tidak menggongong. Anjing ini sangat ramah dan tidak mengganggu, sehingga gajahpun terbiasa dengannya.

Mereka menjadi teman, dan tak berapa lama kemudian, yang satu tidak akan makan tanpa kehadiran yang lainnya. Mereka menikmati makan itu dan menghabiskan waktu bersama-sama. Ketika mereka bermain, anjing itu akan berayun pada belalai si gajah, dan gajah itu akan mengayunkannya ke depan dan ke belakang, dari sisi ke sisi, turun dan naik, bahkan berputar-putar. Segera, mereka menjadi teman yang sangat baik, dan tidak satu pun yang ingin di pisahkan.

Suatu hari, seorang lelaki dari suatu kampung yang jauh berkunjung ke kota itu. Ia melewati bangsal gajah tersebut. Kemudian, ia melewati si anjing lincah yang telah tumbuh benar-benar memukau dan cantik. Segera, ia membelinya dari pawang gajah disana, meskipun bukan pemiliknya. Lalu ia membawa anjing itu pulang ke kampungnya, tanpa di ketahui siapapun.

Gajah kerajaan itu patah hati, ia sangat kehilangan sahabat terbaiknya. Ia sangat tertekan sehingga ia tak menginginkan apa-apa lagi, bahkan makan, minum, atau pun mandi. Tanpa pilihan, si pawang akhirnya melaporkan hal ini ke raja, namum ia tidak menceritakan tentang penjualan anjing itu kepada sang raja.

Dalam kisah ini, raja memiliki seorang menteri yang sangat pintar. Beliau dikenal kemampuannya memahami hewan. Maka, raja memerintahkan beliau untuk menyelidiki kesedihan si gajah.

Kemudian, menteri yang bijak ini pergi ke kandang gajah. Ia segera mengetahui bahwa si gajah jantan kerajaan itu sedang patah hati. Ia berpikir, “gajah yang sebelumnya bersemangat ini tidak tampak sakit secara fisik. Tetapi aku telah pernah melihat kondisi demikian sebelumnya, serupa pada manusia ataupun hewan. Ini kesedihan yang mendalam, mungkin karena kehilangan sahabat yang sangat disayanginya.”

Kemudian, beliau bertanay kepada para penjaga dan pengawal, “apakah kalian tahu bahwa gajah ini punya sahabat dekat?” mereka memberitahu beliau tentang si anjing liar dan bagaimana mereka menjadi teman yang sangat baik. “di mana anjing itu sekarang?” tanya si menteri. “ia dibawa oleh lelaki tidak dikenal,” jwab mereka, “dan kita tidak tahu kemana ia pergi.”

Si menteri kembali kepada raja dan berkata, “tuanku, dengan gembira aku memberitahukanmu bahwa gajuh mu tidak sakit. Mungkin ini aneh kedengarannya, tetapi gajah ini telah kehilangan sahabat terbaiknya yaitu seekor anjing liar! Sejak anjing itu dibawa pergi, gajah ini menjadi sangat sedih dan tidak ingin makan, minum ataupun mandi.”

“persahabatan adalah hal yang paling indah dalam kehidupan,” kata raja. “menteriku, bagaimana kita dapat menemukan kembali anjing kecil itu dan membuat gajah ini bahagia kembali?”

“Tuanku,” jawab si menteri, “aku menyarankan agar raja membuat pengumuman resmi bahwa siapapun yang memiliki anjing yang sebelumnya tinggal di kandang gajah kerajaan akan di denda.”

Hal ini diumumkan, dan ketika orang yang membawa anjing itu mendengar pengumuman ini, dengan segera ia melepaskan anjing tersebut dari rumahnya. Dipenuhi oleh kebahagian yang sangat basar, anjing berlari sekencang-kencangnya yang ia mampu, untuk langsung menemui sahabat terbaiknya, yaitu gajah jantan kerajaan.

Melihat si anjing, gajah itu menjadi bahagia kembali, sehingga ia mengangkatnya dengan belalai dan menundukan diatas kepalanya. Anjing yang bahagia itu menggoyangkan-goyangkan ekornya, sedangkan mata sigajah berbinar-binar dengan penuh rasa bahagia. Mereka selanjutnya hidup bahagia.

Ketika itu, raja sangat terkesan akan kemampuan si menteri dan gembira atas kepulihan gajah kerajaannya yang sangat cepat, lalu ia memberikan hadiah kepada menteri sebagai tanda penghargaan atas jasa beliau.

Cerita ini ingin menyampaikan bahwa makhluk yang berbeda jenispun dapat menjadi sahabat yang sangat baik, oleh karena itu persahabatan melampaui bahasa, bentuk, jenis, dan apapun yang membedakannya. Ada satu kalimat yang di ucapkan sang raja yang begitu indah yaitu “persahabatan adalah hal yang paling indah dalam kehidupan.”

Saya Robert Yusnanto, terima kasih anda telah mengunjungi blog ini, mohon maaf atas segala kekurangannya, kritik dan saran yang membangun adalah apresiasi yang indah terhadap pribadi saya yang sederhana ini. Salam cinta kasih.


Daftar Pustaka :

Dharma, Dian. 2010. Amarah dan Pengendalian Diri. Dian Dharma. Jakarta.

Kamis, 22 Maret 2012

Angsa Emas


Angsa Emas

Demi mendapatkan uang lebih banyak agar dapat menempuh hidup yang lebih baik, seorang ibu dan tiga anak perempuannya memutuskan untuk mencabuti seluruh bulu angsa emas...
Setelah suaminya meninggal dunia, seorang ibu dengan ketiga anak perempuannya menempuh hidup yang sulit sebagai pembantu di rumah orang kaya.
Pada suatu hari, seekor angsa yang memiliki bulu emas tiba-tiba muncul di hadapan ketiga anak perempuan dan berkata pada mereka, "Aku adalah ayah kalian di kehidupan yang lalu dan aku memahami betapa menderitanya kalian saat ini. Kalian boleh mencabuti beberapa bulu emasku dan menjualnya."
Sang ibu sangat gembira ketika ketiga anak perempuannya memberitahunya cerita yang membesarkan hati tersebut. Pada saat ia melihat pada angsa tersebut, ia terpesona dengan bulu-bulu yang indah dan cemerlang.
"Mari kita coba," sang ibu berkata dengan gembira. Masing-masing dari mereka mencabuti beberapa helai bulu dari si angsa. Mereka mengikat bulu-bulu tersebut menjadi bundelan yang indah lalu menjualnya di pasar desa untuk sejumlah uang yang lumayan.
Angsa emas tersebut berjanji kepada ibu dan anak-anaknya bahwa ia akan kembali lagi setiap dua minggu untuk menyediakan mereka lebih banyak bulu. Dalam sekejap, keberuntungan keluarga tersebut meningkat dan tidak lama kemudian mereka dapat menikmati hidup yang cukup menyenangkan.
Suatu hari, sang ibu berkata kepada ketiga anak perempuannya, "Bahkan manusia saja tidak dapat dipercaya. Bagaimana kita dapat menaruh kepercayaan pada seekor angsa? Meski ia mengizinkan kita mencabuti bulu-bulunya saat ini, bagaimana jika suatu hari ia berubah pikiran dan berhenti muncul? Aku mempunyai ide yang cemerlang. Jika si angsa datang lagi, kita akan mencabut seluruh bulunya. Hanya itu satu-satunya cara kita dapat diyakinkan bahwa kita akan memiliki banyak bulu emas untuk hari selanjutnya."
Sewaktu angsa emas tersebut datang lagi, mereka berempat bekerja sama untuk mencabut seluruh bulu sang angsa. Tanpa memiliki bulu, sang angsa tidak dapat lagi terbang, lalu si ibu menempatkan angsa di sangkar. Tidak lama kemudian, sang angsa mulai ditumbuhi bulu-bulu baru. Namun, kali ini, bulu-bulunya bukanlah emas. Hanyalah bulu-bulu putih sebagaimana biasa.
----------------------------------------------------------
Pesan Master Cheng Yen:
Uang hanyalah suatu alat untuk membantu hidup kita. Kita janganlah terlalu bergantung padanya. Jika kita rakus dan tidak pernah puas, serta tidak tahu bagaimana untuk menjaga keinginan kita, tingkah laku kita akan menjadi jahat dan tiada belas kasihan. Kita akan dikritik oleh orang lain dan membuat kekhawatiran tanpa batas bagi diri kita sendiri.
Jangan meminta lebih dari yang kita perlukan. Hati yang serakah bagai lubang tanpa dasar yang tidak dapat dipenuhi dengan segala benda yang ingin kita miliki. Kita harus mengetahui kebutuhan kita dan puas dengan apa yang kita miliki. 

sumber :http://www.tzuchi.or.id/ 

join my facebook :http://www.facebook.com/messages/100000688240063#!/profile.php?id=1789191878