Selasa, 11 Februari 2014

Artificial Intelligence (AI)

Sistem Informasi Psikologi
Artificial Intelligence (AI)
(Kecerdasan Buatan)


A.    Sejarah AI

Menurut Solso (2007) kecerdasan buatan (AI), diartikan secara luas sebagai cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan pengembangan komputer dalam hal ini adalah perangkat keras dan program-program komputer yang mampu meniru fungsi kognisi manusia. Kognisi yang mencakup persepsi, ingatan, pemikiran, pemrosesan bahasa, dan fungsi-fungsi.
Dari sudut pandang sejarah dan bagaimana asal mula terciptanya AI, bermula dari kalkulator yang merupakan bentuk tertua dari komputer, yang pada dasarnya adalah alat hitung. Bentuk dasar dari kalkulator awalnya adalah yang disebut dengan “abacus” digunakan pada abad ke-6 sebelum masehi di China.
Lain lagi halnya orang-orang di Mesir yang menemukan mesin hitung dengan menggunakan kelereng beberapa saat sebelum Herodotus (sekitar 450 tahun sebelum masehi) menyadari kegunaannya.
Orang Yunani juga memiliki alat yang sama, sementara di Roma, para sejarahwan mencatat tiga jenis mesin hitung yang pernah diciptakan. Kebanyakan dari alat ini digunakan untuk merekap sebuah transaksi melalui penambahan maupun pembagian.
Sekitar tahun 1633 seorang astronom Jerman, Wilhelm Schickard (1592-1635), menemukan kalkulator digital otomatis yang diabadikan lewat perangko tahun 1973. Penemuan mesin hitung sering kali dikaitkan dengan filsuf asal Perancis, Blaise Pascal (1623-1662), yang merupakan penemu kalkulus. Mesin buatan Pascal hanya mampu menambah dan mengurangi, tapi telah mengundang banyak perhatian.
Pada tahun sekitar  1670an, Gottfried Leibniz mengenalkan mesin yang bisa mengalikan dan membagi.
Kemudian komputer ditemukan oleh Charles Babbage (1792-1871) seorang ahli matematika Inggris dan merupakan ilmuwan komputer pertama di dunia. Babbage dan temannya Lady Lovelace menemukan mesin yang berbeda, yang memiliki operasi terprogram berisi cabang-cabang terkondisi.
Asal mula komputer modern bisa dilacak pada tahun 1940an, ketika komputer tabung vakum seperti Komputer Universal Otomatis (UNIVAC) serta Komputer dan Intergrator Angka Elektronik (ENIAC) ditemukan untuk mempercepat perhitungan matematika yang panjang dan menjemukan yang biasa digunakan pihak militer. Mesin hitung raksaksa ini memiliki berat sekitar 30 ton dan bertenaga 174 kilo watt. Dengan standar saat ini, tentu mesin raksaksa ini tidak efisien dan tidak pintar, karna mesin ini bekerja sama dengan apa yang sekarang orang lakukan dalam telepon genggam untuk menghitung.
Beberapa peneliti pada tahun 1956 bertemu di Universitas Dartmouth untuk mendiskusikan kemungkinan pengembangan program komputer yang mampu “bersikap” cerdas. Koferensi ini sangatlah penting dalam sejarah AI, karena disinilah arah penelitian AI ditentukan, yang secara langsung mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
Pada awal teknologi komputer, bahkan para ilmuwan AI memiliki impian luar biasa tentang robot dan mesin berpikir. Sebuah tulisan yang sangat berpengaruh pada awal tahun 1940an yang ditulis oleh seorang psikiater McCulloch dan Pitts mengenalkan sebuah konsep yang memiliki pengaruh sangat besar bagi para ilmuwan komputer. Berdasarkan konsep itu bahwa pikiran adalah hasil kerja otak, terutama bagian dasar otak atau simpul-simpul saraf, mereka beranggapan bahwa simpul-simpul saraf tersebut bisa dipandang sebagai “peralatan logika”.
Tidak lama dari tulisan McCulloch dan Pitts, Von Neumann melihat hubungan antara sikap logis neuron ketika berinteraksi dengan kinerja komputer digital. Neumann menyatakan sangatlah mungkin untuk merancang sebuah komputer yang meniru otak manusia, tidak hanya fungsinya akan tetapi strukturnya juga.
Mengikuti jejak Neumann, Rosenblatt mengambil alih proyek perakitan komputer yang meniru fungsi dan struktur otak manusia. Tujuan utamanya adalah menciptakan komputer yang mampu mengenali bentuk dan hasilnya disebut perseptron serta berhasil meniru struktur organisasi otak dengan sukses.
Sejauh ini bagaimanapun juga, para ilmuwan masih terus menganggap AI masih dalam tahap perkembangan yang masih panjang. Masing-masing perspektif di atas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Contoh seperti program AI yang sebagian besar masih memiliki pemikiran yang “kaku” seperti ketika seseorang bertanya berapakah akar kuadrat 7, Anda mungkin akan menjawab “yah,.. di atas 8, dibawah 9, sekitar 8,5” komputer akan menjawabnya 8,54400376789699xxxx. Otak manusia seperti dirancang dengan luar biasa untuk menyelesaikan sebuah persoalan atau permasalahan dengan menggunakan gabungan emosional dan rasional. Sampai sekarang belum ada komputer yang mampu melakukan hal itu. Sementara itu, tidak ada manusia yang mampu menjawab pertanyaan akar kuadrat dalam hitungan milidetik, seperti yang dilakukan kalkulator biasa.

B.     AI dan Kognisi Manusia (Mesin Berpikir)

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana hubungan AI dengan kognitif manusia, mari kita perhatikan tugas kognitif terlebih dahulu secara sederhana. Kognitif manusia bekerja untuk memecahkan proses matematika salah satunya, banyak komputer mampu melakukan hal ini dengan cepat dan akurat, akan tetapi tidak mampu menirukan nalar manusia.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu alasan perbedaan komputer dengan kognitif manusia adalah bahwa komputer biasanya memproses informasi secara bersusun, menggunakan sebuah model proses yang berurutan, sementara biasanya otak memproses informasi secara paralel. Semua orang yang merangkai model proses distribusi paralel seperti neuron pada manusia, telah bekerja keras untuk mencoba menemukan solusi atas pertanyaan tentang otak sebagai mesin berpikir, dan apakah komputer mampu meniru kemampuan otak serta kognisi manusia.
Setelah melalui riset psikologi selama lebih dari 1 abad, terutama melalui riset psikologi kognitif beberapa abad yang lalu. Apa yang sudah dipelajari mengenai mesin berpikir manusia yaitu otak, adalah bahwa mesin ini berbeda dengan secara fundamental dibandingkan dengan komputer Von Neumann yang sekarang biasa digunakan. Mungkin AI akan berperan lebih jauh jika komputer sudah menyerupai otak manusia. Untuk mengungkapkan hubungan AI dengan kognisi manusia, berikut ini akan diuraikan perbandingan antara komputer yang berbasis silikon dengan otak manusia berbasis karbon (dalam Solso, 2007):
Aspek-aspek
Komputer berbasis silikon (versi Von Neumann)
Otak berbasis karbon (manusia)
Kecepatan proses
Dalam satuan nanodetik.
Dalam satuan milidetik dampai dengan beberapa detik.
Jenis
Terdiri dari rangkaian prosesor (umumnya).
Prosesor Paralel (seperti neuron-neuron).
Kapasitas
Sangat besar untuk menampung informasi.
Sangat besar untuk menampung informasi visual dan linguistik.
Bahan penyusun
Silikon dan rangkaian elektronik.
Neuron dan organ-organ.
Akselerasi
Sangat patuh dan kooperatif.
Cukup kooperatif.
Kemampuan belajar
Sesuai program yang ditetapkan.
Konseptual.
Fitur unggulan
·    Mampu memproses data yang sangat banyak dalam waktu yang sangat singkat.
·    Efesien dalam biaya.
·    Sudah teratur.
·    Mudah dirawat.
·    Dan bisa diprediksi.
·    Mampu membuat penilaian.
·    Mampu menyimpulkan dan menyamaratakan dengan mudah.
·    Dalam hal pergerakannya: memiliki bahasa, percakapan, vision, dan emosi.

Fitur terburuk
·    Tidak mampu belajar sendiri dengan cepat.
·    Memiliki kesulitan dengan tugas kognitif manusia yang rumit, seperti pemahaman bahasa dan produksi.
·    Memiliki kapasitas penyimpanan dan pemrosesan informasi yang terbatas; pelupa, dan cukup mahal dalam pemenuhan permintaan makanan, minuman, tidur, suhu udara yang sesuai sebagai tambahan atas segala kebutuhan-kebutuhan bio-psikologis lainnya(misal: cinta, kebutuhan untuk dimiliki sex, dll).


Jadi, dapat disimpulkan bahwa beberapa program komputer bekerja lebih efektif daripada pikiran manusia, dan kebanyakan sangat pintar menirukan hal-hal yang nyata. Komputer mampu memecahkan beberapa masalah, seperti sebuah soal matematika yang rumit dan mendetail, lebih cepat dan lebih akurat dari pada manusia. Tugas lain seperti menggeneralisasikan dan mempelajari pola aktifitas yang baru, dilakukan paling baik oleh manusia, dan komputer masih kalah baik. Maka dari itu, pikiran manusia adalah murni proses kognisi manusia, yang bahkan jika disintesiskan oleh mesin secara terpisah, tidak akan mampu diduplikasi oleh program-program AI.

C.    AI dan Sistem Pakar (Eliza, Parry dan NETtalk)

Eliza merupakan salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi, Eliza, ditulis oleh Joseph Weizenbaum (1966). Beberapa revisi atas Eliza telah dibuat dari konsep aslinya. Pada satu program spesifik, bernama Doctor, Eliza mengambil peran seperti seorang psikiater. Pada contoh berikut ini, peran Elizadi cetak dalam huruf besar:
Semua pria sama
DALAM HAL APA
Meraka selalu menjadi gangguan bagi kita dalam berbagai hal
BISAKAH KAMU MEMBERIKAN CONTOH YANG LEBIH SPESIFIK
Yeah, pacarku membuatku untuk datang ke sini
PACARMU MEMBUAT DATANG KE SINI
Dia bilang aku depresi sepanjang waktu
AKU TURUT BERSEDIH MENDENGAR KAMU DEPRESI
Memang benar aku tidak bahagia
APAKAH KAMU PIKIR DATANG KE SINI BISA MENOLONGMU MERASA BAHAGIA
Yang pasti aku butuh pertolongan
Percakapan tersebut mungkin akan dianggap seseorang sebagai percakapan yang timbul dalam wawancara antara seorang psikiater dan pasiennya. Bagaimanapun juga, mari kita coba telaah transkrip tersebut lebih dalam. Respons dari komputer cenderung stereotipe, misalnya dia diprogram untuk merespons beberapa kunci kalimat dengan respons yang hanyalah merupakan transformasi dari kalimat aslinya. Seperti ketika “pasien” mengatakan kata kunci “I’m”, Eliza merespons dengan gaya tutur seperti “aku turut bersedih mendengarnya...” jika tidak ada kata kunci yang ditemukan, komputer akan menjawab dengan ciri-cirinya yang tanpa isi, atau pada beberapa kasus, berakhir menjadi transformasi yang lebih awal.
Kapasitas manusia dalam hal pengetahuan, perasaan, kecenderungan, dinamika kelompok, dan seterusnya, terbentuk menjadi apa yang mau tidak mau kita sebut pengertian. Eliza sebagai program komputer memiliki kekurangan itu.

Parry merupakan program komputer yang hampir sama namun percakapan seperti apakah yang mungkin dihasilkan jika perannya dibalik yaitu jika seseorang psikiater berbicara kepada pasien simulasi komputer?
Colby, Hilf, Weber, dan Kraemer (1972) mensimulasikan seorang pasien, dan menyebut program ini Parry. Mereka mensimulasikan seorang pasien paranoid dan memilih seorang paranoid sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoid memang ada, perbedaan respons psikotis dan respons normalnya cukup hebat, dan meraka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respons simulasi komputer dan respons manusia. Colby dan para rekan-rekan penelitiannya, mengarahkan komputer tersebut untuk melakukan tes tanya jawab (tes turing), dengan meminta sekelompok psikiater untuk mewawancarai Parry menggunakan pesan yang disampaikan dalam bentuk ketikan. Para juri (psikiater) diminta untuk mengukur kadar paranoid dari keseluruhan respons.
Hasilnya mengindikasikan sulit dibedakan model dan pasien dalam setting yang sangat spesial.

NETtalk program ini memiliki jenis yang cukup berbeda, berdasarkan pada jaringan-jaringan neuron, sehingga dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan oleh Sejnowski. Program ini akan mengeluarkan suara, ketika membaca dan menerjemahkan tulisan menjadi fenom-fenom. Setiap unit tulisan mengirimkan sinyal melalui koneksi yang sudah ditambahkan ke semua unit-unit tersembunyi.
Jika seluruh sinyal mampu mencapai unit tersembunyi melawati beberapa ambang pintu, unit tersebut lalu menjadi aktif sebelum mengirim sinyal pada unit fonem. Hasilnya adalah fonem yang menerima sinyal total terkuat. Ketika si “guru” memberitahukan NETtalk bahwa dia membuat kesalahan – di sana dia hanya bisa membaca “n” sebagai “m” misalkan, maka dia akan memperbaiki kesalahan tersebut dengan menyesuaikan setiap kekuatannya menurut alogaritma pembelajaran yang spesifik (Heppenheimer dalam Solso, 2007)


D.    Penggunaan AI Sebagai Expert System Yang Mendukung System Pengambilan Keputusan

Menurut Solso (2007) sistem yang berkinerja sebagai seorang ahli disebut juga sebagai sistem pakar atau expert system. Pada dasarnya, expert system adalah spesialis tiruan yang memecahkan masalah yang termasuk dalam keahliannnya. expert system telah dirancang untuk memecahkan masalah dalam bidang kedokteran, hukum, aerodinamis, dan hal-hal rutin yang sangat banyak yang biasanya membosankan kita, atau bahkan beberapa kasus yang sulit dipecahkan oleh manusia.
Sistem ini mengikuti aturan-aturan yang telah ada, yang sering kali menggunakan organisasi keputusan, tetapi bagaimana pun sistem ini hanya bisa memikirkan satu hal saja.
Expert system dalam bidang kesehatan misalnya mungkin tidak bisa melihat isi dari sebuah lubang di lantai, tetapi ia bisa membuat diagnosis yang akurat dan masuk akal pada manusia yang sedang menderita demam contohnya.
Ada sebuah program yang disebut Puff, program ini merupakan sebuah expert system yang dirancang untuk mendiagnosa kelainan parru-paru, seperti kanker paru-paru, dan berhasil mencapai keakuratan 89% - mendekali keakuratan seorang dokter yang berpengalaman dibidangnya.
Sistem ini memang selama ini lebih dikenal dalam bidang industri, militer, dan eksplorasi ruang angkasa. Mereka cukup baik dalam menjalankan tugas yang memang dirancang untuk mengerjakan tugasnya. Lebih menyenangkan lagi mereka tidak mengenal pemogokan dan menuntut gaji lebih, tidak keberatan jika harus bekerja tanpa henti, dan tidak meminta fasilitas kesejahteraan hidup.

Kesimpulan
(Contoh dan Analisi)

Ketika kita mendiskusikan tentang AI yang berkaitan dengan psikologi kognitif dan ilmu neurologi. Ide-ide dari bidang yang satu, misalnya ilmu neurologi, bisa digabungkan dengan bidang lainnya, misalnya AI, dan mungkin juga nantinya ide-ide lain yang muncul dari psikologi kognitif dapat diterapkan dalam kedua bidang lain tersebut.
Meskipun pengembangan AI didedikasikan untuk mengembangkan mesin yang bertindak seakan mereka pandai. Kebanyakan dirancang bertujuan untuk meniru proses kognisi manusia.
Contoh:
Seperti yang kita ketahui bahwa semua program atau arsitektur komputer membutuhkan bantuan operator atau user yang meskipun hanya berperan kecil, tetapi tetap membutuhkan kemampaun kognisi manusia untuk memerintahkan komputer tersebut dalam menjalani sesuai program ataupun perintah yang di input kedalam komputer tersebut, sehingga terbentuklah AI pada komputer yang menyerupai kognisi manusia.
Analisi:
Struktur kognitif pada manusia mencangkup keseluruhan proses psikologis, Neisser (dalam Solso, 2007) menunjukan dengan tepat kognisi manusia mengacu pada seluruh proses di mana input sensorik diubah, dikurangi, dimaknai, disimpan, diambil kembali, dan digunakan oleh orang itu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tidak seperti perangkat komputer yang harus membutuhkan operator atau user dalam melakukan sistem operasinya, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa manusia memiliki sistem kognitif yang jauh lebih sempurna dibandingkan sistem komputer yang hanya bisa beroperasi dengan bantuan external
AI dan psikologi kognitif telah membuat hubungan simbiosis, masing-masing bagian mendapat keuntungan dari peningkatan bagian lainnya. Peningkatan pada cara-cara untuk meniru secara persisi persepsi manusia, ingatan, bahasa, dan pikiran, tergantung pada pengertian bahwa proses ini dicapai oleh manusia. Perkembangan AI meningkatkan pentingnya memahami kognisi manusia.

Daftar Pustaka

Solso, R.L., Maclin, O.H. Maclin, M.K. (Eds.). (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.