Minggu, 17 Maret 2013

PSIKOTERAPI (1)


A. Psikoterapi

Menyembuhkan orang sakit melalui pengaruh hubungan antara seorang dengan orang lain sudah dilakukan, setua umur manusia di dunia ini. Jauh sebelum ditemukan cara pengobatan untuk menyembuhkan orang sakit, sudah disadari adanya pengaruh yang bisa diberikan untuk mempengaruhi sesuatu penyakit, dengan menanamkan atau meningkatkan perasaan sehat. Dilihat dari sudut pandang ini, jelas sekali bahwa bentuk penyembuhan yang kemudian dikenal dengan psikoterapi, yang pada hakekatnya sudah lama sekali dilakukan. Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sebenarnya: jiwa dan “therapy” dari bahasa Yunani yang berati “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sederhana adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang. Beberapa tokoh berpendapat tentang psikoterapi adalah sebagai berikut:
  1. Menurut Klaus Grawe (dalam Raymond J. Corsini & Danny Wedding), mengatakan bahwa, “psychotherapy, as far as it leads to substantial behavior change, appears to achieve its effect through changes in gene expression at the neuronal level”. Artinya adalah Psikoterapi, sejauh itu mengarah pada perubahan perilaku yang substansial, nampaknya dapat mencapai efek tertentu melalui perubahan dalam ekspresi gen pada tingkat neuronal.
  2. Menurut Raymod J. Corsini dalam bukunya Current Psychotherapies edisi 8, menyebutkan bahwa ”psychotherapy is a formal process of interaction between two parties, each party usually consisting of one person but with the possibility that there may be two or more people in each party, for the purpose of amelioration of distress in or malfunction: cognitive functions (disorders of thingking), affective functions (suffering or emotional discomforts), or behavioral functions (inadequacy of behavior)”. Artinya adalah bahwa psikoterapi adalah suatu proses interaksi formal antara dua individu, yang masing-masing pihak biasanya terdiri dari satu orang tetapi dengan kemungkinan bahwa bisa saja ada dua orang atau lebih dari masing-masing pihak, yang bertujuan untuk mengatasi perasaan tertekan atau atau suatu gangguan, seperti: fungsi kognitif (gangguan berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau ketidaknyamanan emosional), atau disfungsi perilaku (perilaku menyimpang).

Dari kedua tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi merupakan suatu proses interaksi formal antara dua individu atau lebih yang mengarah pada perubahan perilaku yang substansial dan lebih baik dari suatu gangguan tertentu seperti: fungsi kognitif (gangguan berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau ketidaknyamanan emosional), atau disfungsi perilaku (perilaku menyimpang).

B. Tujuan dari Psikoterapi

Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi:
  1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamika menurut Ivey, et al (dalam singgih, 2007) adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi suatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikanalisis menurut Corey (dalam singgih, 2007) dirumuskan sebagai: membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi suatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekankan melalui pemahaman intelektual.
  3. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (dalam singgih, 2007) sebagai berikut: agar seseorang lebih menyadari  mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seserorang.

Dari ketiga tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan psikoterapi adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi suatu yang disadari, merekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat, agar seseorang lebih menyadari  mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seserorang.

C. Unsur Psikoterapi

Menurut Masserman (dalam residen bagian psikiatri UCLA, 1997) menyatakan ada tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencangkup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, dalam hal ini antara lian:
  1. peran sosial (“martabat”) psikoterapis
  2. hubungan (persekutuan terapeutik)
  3. hak
  4. retrospeksi
  5. re-edukasi
  6. rehabilitasi
  7. resosialisasi, dan
  8. rekapitulasi

D. Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling

Menurut Thompson & Rudolph (dalam singgih, 2007) perbedaaannya adalah:

Konseling untuk:                                             Psikoterapi untuk:
1. Klien.                                                          1. Pasien.
2. Gangguan yang kurang serius.                      2. Gangguan yang serius.
3. Masalah: jabatan, pendidikan, dll.                3. Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan.                                                             
4. Berhubungan dengan pencegahan.               4. Berhubungan dengan penyembuhan.
5. Lingkungan pendidikan dan non-medis.       5. Lingkungan medis.
6. Berhungan dengan kesadaran                      6. Berhubungan dengan ketidak sadaran.
7. Metode pendidikan.                                    7. Metode penyembuhan.

E. Pendekatan Psikoterapi terhadap Mental Illnes

Menurut Singgih (2007), dibahas 4 pendekatan, antara lain:
1. Pendekatan psikoanalitik, pendekatan afektif, pendekatan behavioristik dan pendekatan kognitif.

F. Bentuk Utama Terapi
Bentuk utama terapi antara lain:
1. Teknik Terapi Psikoanalisa
    Menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id.
2. Teknik terapi perilaku
    Terapi yang menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu
3. Teknik terapi kognitif
    Berfokuskan pada kemampuan pasien untuk mengembangkan cara berpikir melalui cognitif style.
4. Teknik terapi humanistik
   Membantu individu untuk menyadari diri yang sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal.
5. Teknik terapi integritas
   Memilih dari berbagai teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu, ketimbang mengikuti dengan kaku satu teknik tunggal.
6. Teknik terapi kelompok dan keluarga
    Terapi ini memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilaku dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedangkan terapi keluarga adalah terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri atau orangtua anak untuk menangani masalahnya.

Daftar pustaka:

Gunarsa, Singgih. (2007). Konseling dan Terapi. PT.BPK Gunung Mulia: Jakarta
Residen Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Ludin, Abu Bakar. (2010). Dasar-Dasar Konseling. Citapustaka Media Perintis: Bandung
Corsini, R,J & Wedding, D. (2008). Current Pschotherapies. Edisi 8. Brooks/cole: USA
Corsini, R,J & Wedding, D. (2011). Current Pschotherapies. Edisi 9. Brooks/cole: USA