Selasa, 03 April 2012

Psikologi Dan Buddhisme


Psikologi Dan Buddhisme

Sumber-sumber gambar : bestfun2010.blogspot.com, blogpsikologi.com, inda-n-f-fpsi07.web.unair.ac.id, multiperspectivepalmreading.com.

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Secara arafiah, psikologi adalah berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu (Psychē yang berarti jiwa) dan (logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Demikian pengertian secara umum yang dimuat oleh Wikipedia.
Psikologi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan jiwa yang berhubungan dengan lingkungan, hal ini lingkungan memiliki banyak bagian yang mewarnai ilmu terapan ini. Psikologi juga banyak cabang-cabang lain yang mendukungnya seperti psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, dan masih banyak cabang ilmu psikologi lainnya.
Buddhisme juga mempunyai peranan besar dalam bidang psikologi. Dikatakan bahwa Buddhisme adalah sains mengenai pikiran. Buddha, jauh sebelum Aquinas atau Heisenberg, menekankan keunggulan akan pikiran dalam persepsi dan “penciptaan” realitas.
Salah satu konsep sentral dalam Buddhisme adalah gagasan tentang “segala sesuatu diciptakan dari pikiran”. Perbedaan apapun antara subyek dan obyek adalah ilusi dan dipilah-pilah oleh kesadaran yang diskriminatif. Dalam Avatamsaka Sutra bab 20, Buddha menggunakan sebuah metafora yaitu “Pikiran adalah seperti seorang artis yang melukis seluruh dunia… bila seseorang mengetahui cara kerja pikiran sebagaimana ia secara universal menciptakan dunia…”.
Kita berpikir bahwa seseorang sedang melakukan observasi terhadap alam, tetapi apa yang kita observasikan adalah pikiran kita sendiri yang sedang bekerja, kita adalah subyek dan obyek dari metodologi kita sendiri. Lagi pula, pikiran ini melingkupi keseluruhan alam semesta; tidak ada yang berada di luar pikiran dan tidak ada apa pun yang tidak dikandung oleh pikiran, menurut Buddha.
Di dalam kitab Abhiddhamma dan kitab aliran Yogacara seperti Samdhinirmocana Sutra dejelaskan secara terperinci mengenai berbagai macam kondisi pikiran dan kategori kesadaran. Tidaklah mengherankan bila banyak Neuroscientist dan Psychotherapist terkemuka didunia menjadi pelopor dalam mempelajari agama Buddha untuk di gunakan dalam studi seperti terapi untuk gangguan tidur, penyembuhan terhadap pemikiran dan bentuk-bentuk mental yang negatif, pemahaman terhadap proses terjadinya mimpi, tidur dan proses kematian.
Menurut salah satu aliran pemikiran buddhisme yaitu aliran Yogacara, menyebutkan dunia ini adalah manifestasi dari pikiran itu sendiri. Dunia dan alam semesta yang kita amati ini sesungguhnya merupakan proyeksi tiga dimensi dari pikiran kita sendiri. Fenomena yang kita persepsikan sebagai realita bukanlah realita absolute karena masing-masing individu memproyeksikan dimensi pikirannya sehingga tidak ada realitas tunggal yang berlaku untuk semua orang. Masing-masing individu telah mendistorsikan realita tersebut dengan kacamata berwarna yang diciptakan dari benih energi karma individu pada pengalaman kehidupan sebelumnya. Hal ini dibahas oleh Michael Talbot dalam bukunya Holographic Universe dan B. Alan Wallace dalam dua bukunya yang bejudul The Taboo of Subjectivity dan Choosing Reality. Talbot mengupamakan alam semest tidak lebih nyata dibandingkan sebuah hologram yang merupakan suatu gambar tiga dimensi yang diproyeksikan kedalam ruang (space) pikiran kita. Talbot, dalam bukunya berjudul Mysticism and The New Physics, mengatakan : “kesadaran manusia mempengaruhi realitas”.
Dalam kaitanya psikoterapi dan neurosains, Dr. Carl G. Jung, seorang psikologi Analitik dan pelopor Psikologi Modern, telah menunjukan bahwa psikologi analitik sangat dekat persamaannya dengan metode Buddhisme yang esensinya terkait dengan masalah asal datangnya penderitaan, metode dalam mengatasinya, kategori mental states, dan pemahaman mendalam mengenai kesadaran (consciousness)
Mark Epstein, dalam bukunya yang berjudul Thoughts Without a Thinker, berusaha menggabungkan ilmu kejiwaan barat dengan ajaran Buddha. Dalam bukunya, disebutkan bahwa ingatan-ingatan yang hilang, emosi-emosi yang menyakitkan, pandangan-pandangan khayal, dan nafsu untuk menghancurkan, dapat ditemukan akarnya.
Buddhisme mengajarkan tentang bermeditasi untuk mencapai pandangan, perbuatan dan ucapan benar. Meditasi dalam buddhisme tidak seperti kebanyakan orang awam mengetahuinya, mediatasi berintikan kesadaran konsentrasi pada berbagai objek meditasi yang dapat di pilih dan sesuai. Salah satu metodenya adalah meditasi relaksasi disebut sebagai latihan relaksasi dan penanaman untuk berpikir positif disebut sebagai strategi kognitif, yang kemudian didefinisikan sebagai “metode belajar untuk meningkatkan pikiran positif dan menurunkan pikiran negatif untuk mengenali pikiran irasional dan mengubahnya, serta untuk menggunakan pelatihan diri guna menangani situasi bermasalah”.
Sebagai contoh dari pikiran negatif adalah perasaan marah. Setelah kita mengetahui perasaan marah dengan meditasi penembusan, maka kekuatan dari emosi kemarahan akan berkurang dan suatu saat akan hilang. Semakin kita mengenali suatu pikiran negatif, semakin sulit bagi pikiran negatif itu untuk berkembang dan melumpuhkan pikiran kita menjadi kacau. Jadi menurut psikoterapi versi buddhisme, kita harus berani menghadapi musuh dan berusaha mengenalinya sehingga suatu hari musuh tersebut menjadi teman baik kita.
Sebenarnya masih banyak korelasi antara Buddhisme dengan Psikologi, ini adalah sebagian tulisan yang di rangkum berdasarkan sumber yang ada. Dari pemaparan diatas ilmu pengetahuan tidak bisa dikatakan berdiri sendiri namun banyak korelasi didalamnya sehingga membentuk ilmu pengetahuan yang kompleks dan berbobot. Ada satu kalimat yang bisa mewakili tulisan kali ini yaitu “pikiran adalah pelopor segalanya, maka di waktu tinggal bersama teman berhati-hatilah dengan ucapan tetapi sewaktu tinggal sendirian, berhati-hatilah terhadap pikiran” demikian atas tulisan yang mencoba memperlihatkan ke eratan psikologi dengan Buddhisme, terima kasih telah mengunjungi blog ini kritik dan saran sangat mengapresiasikan tulisan ini dan pribadi saya, mohon maaf atas segala kekurangannya dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Daftar Pustaka: Taniputera, Ivan. 2003. Sains Modern dan Buddhisme. Karaniya. Jakarta.

3 komentar:

  1. Ohhh...
    iya ye bener juga sih yah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. semua agama banyak yang special di ajarannya,. ada satu yang ingin banget gw angkat dalam tulisan gw nanti,. zikir dalam islam. itu bener2 gw penasaran n pengen mendalami zikir,.hehehe

      Hapus
  2. menarik sekali infonya...
    terimakasih robert :)

    BalasHapus