Psikologi Dan Buddhisme
Psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Secara arafiah,
psikologi adalah berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu (Psychē yang
berarti jiwa) dan (logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi
dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Demikian pengertian
secara umum yang dimuat oleh Wikipedia.
Psikologi sangat erat
kaitannya dengan perilaku dan jiwa yang berhubungan dengan lingkungan, hal ini
lingkungan memiliki banyak bagian yang mewarnai ilmu terapan ini. Psikologi
juga banyak cabang-cabang lain yang mendukungnya seperti psikologi
perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, dan masih banyak
cabang ilmu psikologi lainnya.
Buddhisme juga
mempunyai peranan besar dalam bidang psikologi. Dikatakan bahwa Buddhisme
adalah sains mengenai pikiran. Buddha, jauh sebelum Aquinas atau Heisenberg,
menekankan keunggulan akan pikiran dalam persepsi dan “penciptaan” realitas.
Salah satu konsep
sentral dalam Buddhisme adalah gagasan tentang “segala sesuatu diciptakan dari
pikiran”. Perbedaan apapun antara subyek dan obyek adalah ilusi dan
dipilah-pilah oleh kesadaran yang diskriminatif. Dalam Avatamsaka Sutra bab 20,
Buddha menggunakan sebuah metafora yaitu “Pikiran adalah seperti seorang artis
yang melukis seluruh dunia… bila seseorang mengetahui cara kerja pikiran
sebagaimana ia secara universal menciptakan dunia…”.
Kita berpikir bahwa
seseorang sedang melakukan observasi terhadap alam, tetapi apa yang kita
observasikan adalah pikiran kita sendiri yang sedang bekerja, kita adalah
subyek dan obyek dari metodologi kita sendiri. Lagi pula, pikiran ini
melingkupi keseluruhan alam semesta; tidak ada yang berada di luar pikiran dan
tidak ada apa pun yang tidak dikandung oleh pikiran, menurut Buddha.
Di dalam kitab Abhiddhamma
dan kitab aliran Yogacara seperti Samdhinirmocana Sutra dejelaskan secara
terperinci mengenai berbagai macam kondisi pikiran dan kategori kesadaran.
Tidaklah mengherankan bila banyak Neuroscientist
dan Psychotherapist terkemuka
didunia menjadi pelopor dalam mempelajari agama Buddha untuk di gunakan dalam
studi seperti terapi untuk gangguan tidur, penyembuhan terhadap pemikiran dan
bentuk-bentuk mental yang negatif, pemahaman terhadap proses terjadinya mimpi,
tidur dan proses kematian.
Menurut salah satu
aliran pemikiran buddhisme yaitu aliran Yogacara, menyebutkan dunia ini adalah
manifestasi dari pikiran itu sendiri. Dunia dan alam semesta yang kita amati
ini sesungguhnya merupakan proyeksi tiga dimensi dari pikiran kita sendiri.
Fenomena yang kita persepsikan sebagai realita bukanlah realita absolute karena
masing-masing individu memproyeksikan dimensi pikirannya sehingga tidak ada
realitas tunggal yang berlaku untuk semua orang. Masing-masing individu telah
mendistorsikan realita tersebut dengan kacamata berwarna yang diciptakan dari
benih energi karma individu pada pengalaman kehidupan sebelumnya. Hal ini
dibahas oleh Michael Talbot dalam bukunya Holographic
Universe dan B. Alan Wallace dalam dua bukunya yang bejudul The Taboo of Subjectivity dan Choosing Reality. Talbot mengupamakan
alam semest tidak lebih nyata dibandingkan sebuah hologram yang merupakan suatu
gambar tiga dimensi yang diproyeksikan kedalam ruang (space) pikiran kita.
Talbot, dalam bukunya berjudul Mysticism
and The New Physics, mengatakan : “kesadaran manusia mempengaruhi
realitas”.
Dalam kaitanya
psikoterapi dan neurosains, Dr. Carl G. Jung, seorang psikologi Analitik dan
pelopor Psikologi Modern, telah menunjukan bahwa psikologi analitik sangat
dekat persamaannya dengan metode Buddhisme yang esensinya terkait dengan
masalah asal datangnya penderitaan, metode dalam mengatasinya, kategori mental states, dan pemahaman mendalam
mengenai kesadaran (consciousness)
Mark Epstein, dalam
bukunya yang berjudul Thoughts Without a Thinker, berusaha menggabungkan ilmu
kejiwaan barat dengan ajaran Buddha. Dalam bukunya, disebutkan bahwa
ingatan-ingatan yang hilang, emosi-emosi yang menyakitkan, pandangan-pandangan
khayal, dan nafsu untuk menghancurkan, dapat ditemukan akarnya.
Buddhisme mengajarkan
tentang bermeditasi untuk mencapai pandangan, perbuatan dan ucapan benar.
Meditasi dalam buddhisme tidak seperti kebanyakan orang awam mengetahuinya,
mediatasi berintikan kesadaran konsentrasi pada berbagai objek meditasi yang
dapat di pilih dan sesuai. Salah satu metodenya adalah meditasi relaksasi
disebut sebagai latihan relaksasi dan penanaman untuk berpikir positif disebut
sebagai strategi kognitif, yang kemudian didefinisikan sebagai “metode belajar
untuk meningkatkan pikiran positif dan menurunkan pikiran negatif untuk
mengenali pikiran irasional dan mengubahnya, serta untuk menggunakan pelatihan
diri guna menangani situasi bermasalah”.
Sebagai contoh dari
pikiran negatif adalah perasaan marah. Setelah kita mengetahui perasaan marah
dengan meditasi penembusan, maka kekuatan dari emosi kemarahan akan berkurang
dan suatu saat akan hilang. Semakin kita mengenali suatu pikiran negatif,
semakin sulit bagi pikiran negatif itu untuk berkembang dan melumpuhkan pikiran
kita menjadi kacau. Jadi menurut psikoterapi versi buddhisme, kita harus berani
menghadapi musuh dan berusaha mengenalinya sehingga suatu hari musuh tersebut
menjadi teman baik kita.
Sebenarnya masih banyak
korelasi antara Buddhisme dengan Psikologi, ini adalah sebagian tulisan yang di
rangkum berdasarkan sumber yang ada. Dari pemaparan diatas ilmu pengetahuan
tidak bisa dikatakan berdiri sendiri namun banyak korelasi didalamnya sehingga
membentuk ilmu pengetahuan yang kompleks dan berbobot. Ada satu kalimat yang
bisa mewakili tulisan kali ini yaitu “pikiran adalah pelopor segalanya, maka di
waktu tinggal bersama teman berhati-hatilah dengan ucapan tetapi sewaktu
tinggal sendirian, berhati-hatilah terhadap pikiran” demikian atas tulisan yang
mencoba memperlihatkan ke eratan psikologi dengan Buddhisme, terima kasih telah
mengunjungi blog ini kritik dan saran sangat mengapresiasikan tulisan ini dan
pribadi saya, mohon maaf atas segala kekurangannya dan semoga bermanfaat untuk
kita semua.
Daftar Pustaka: Taniputera, Ivan. 2003.
Sains Modern dan Buddhisme. Karaniya. Jakarta .
Ohhh...
BalasHapusiya ye bener juga sih yah..
semua agama banyak yang special di ajarannya,. ada satu yang ingin banget gw angkat dalam tulisan gw nanti,. zikir dalam islam. itu bener2 gw penasaran n pengen mendalami zikir,.hehehe
Hapusmenarik sekali infonya...
BalasHapusterimakasih robert :)