sumber: minddisorders |
Pernah ditelpon dengan orang yang tidak dikenal yang mengaku
saudara atau bahkan orang-orang terdekat anda?
Pernah tertipu atau bahkan hampir tertipu?
Apakah itu hipnotis ataukah ilmu hitam?
Lalu bagaimana cara mengatasinya???
Berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah dialami orang tua
saya, maka saya mencoba menjelaskan bagaimana
dan apa sebenarnya modus penipuan ini.
Dalam dunia hypnotherapy menurut Dr. John Kappas dalam sebuah
artikel Adi Gunawan (2013) adanya dikenal istilah sugestibilitas yaitu terdiri
dari 40% Physical Suggestibility dan 60% Emotional Suggestibility serta masih
ada sub kategori dari Emotional Suggestibility yang disebut dengan Intellectually Suggestible yang terdiri
sekitar 5%. Orang dengan kategori ini bisanya sangat kritis dan selalu meminta
penjelasan secara terperinci mengenai hal-hal yang dianggapnya membutuhkan
penjelasan tersebut.
Penjelasan mudahnya adalah sugesti itu merupakan sebuah
informasi yang diberikan oleh seorang hypnotherapis kepada kliennya dengen
tujuan tertentu.
Dalam kasus penipuan ini, sangat erat kaitannya dengan istilah
induksi dalam hypnotherapy. Induksi ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk bisa menggiring seseorang untuk masuk ke dalam kondisi relaks
atau kondisi terhipnotis. Tentu ada prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam
proses ini.
Keberhasilan sang penipu memang sangat ditentukan oleh
banyak faktor, pada intinya faktor calon korbannya yang sangat menentukan
seperti tingkat kecerdasan, level pendidikan, pemahaman, kepercayaan pada si
penipu, kemampuan analisis, dll.
Sumber: Cynicalhinge |
Pada buku Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring
yang ditulis oleh Adi Gunawan dijelaskan teknik-teknik dasar induksi salah
satunya adalah Mental Confusion.
Teknik hipnotis ini sering disalahgunakan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab untuk menipu dan meminta sejumlah uang. Sering kali
mereka beraksi dengan menggunakan media komunikasi seperti yang paling sering
adalah melaui telpon ataupun SMS. Mereka sudah memiliki data yang cukup untuk
melakukan dan meyakinkan kita seperti nama lengkap, alamat, dan bahkan hal-hal
lain yang membuat kita menjadi percaya. Mereka sering kali menggunakan modus “minta
tolong” seperti dalam kondisi bahaya, bisa dalam seolah-olah dalam kecelakaan,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kondisi sakit, berurusan dengan
kepolisian karena suatu hal ataupun banyak lagi modus kriminal yang dipakai. Tentunya
mereka memiliki satu tujuan yaitu meminta sejumlah uang untuk suatu keperluan
tersebut.
Kebanyakan orang sudah khawatir terlebih dahulu mendengar
kabar yang dibuat-buat orang tersebut, dan hal inilah yang dimanfaatkan si
pelaku untuk meminta sejumlah uang.
Setiap teknik yang dirancang untuk membuat seseorang bingung
atau panik atau bahkan membuat pikiran sadar menjadi lengah, hal ini
disalahgunakan untuk membuat seseorang masuk kedalam keadaan terhipnotis. Dalam
kondisi tersebut si pelaku membuat calon korbannya menjadi sangat panik
sehingga pikirannya menjadi sibuk dan tidak dapat berpikir tenang. Ketika pikiran
menjadi lengah , si pelaku mulai memberikan sejumlah sugesti atau
permintaannya, dan hal ini masuk kedalam alam bawah sadarnya. Sehingga bisa
ditebak pelaku berhasil membuat apa yang diminta menjadi dituruti.
Kemudian bagaimana cara untuk mengatasi modus penipuan yang
menggunakan teknik hipnotis seperti ini:
1.
Jangan panik
Semakin anada panik semakin mudah si pelaku
melancarkan sugestinya
2.
Pertajam daya analisis
Berikan pertanyaan secara terus menurus,
sekaligus mencari kebenaran informasi ini.
3.
Jangan terbawa emosi
Emosi atau marah sama saja dengan emosional
negative, sehingga hal ini membuat si pelaku berhasil mengajak perasaan anda masuk dalam ceritanya.
4.
Hubungi orang yang terkait
Hal ini anda bisa lakukan untuk memeriksa
kebenaran dari informasi itu.
5.
Hiraukan
Jika memang informasi tersebut tidak benar
adanya maka anda tidak perlu membuang waktu yang berharga hanya untuk suatu hal
yang merugikan.
Semoga artikel ini membawa manfaat luas,
sehingga kita lebih berhati-hati dalam bertindak, berpikir dan berucap.
Salam hangat,
Robert Yusnanto, S.Psi, CH, CHt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar