Sistem Informasi Psikologi
Artificial
Intelligence (AI)
(Kecerdasan Buatan)
A. Sejarah AI
Menurut Solso (2007) kecerdasan buatan (AI), diartikan
secara luas sebagai cabang dari ilmu komputer yang berhubungan dengan
pengembangan komputer dalam hal ini adalah perangkat keras dan program-program
komputer yang mampu meniru fungsi kognisi manusia. Kognisi yang mencakup
persepsi, ingatan, pemikiran, pemrosesan bahasa, dan fungsi-fungsi.
Dari sudut pandang sejarah dan bagaimana asal mula
terciptanya AI, bermula dari kalkulator yang merupakan bentuk tertua dari
komputer, yang pada dasarnya adalah alat hitung. Bentuk dasar dari kalkulator
awalnya adalah yang disebut dengan “abacus”
digunakan pada abad ke-6 sebelum masehi di China.
Lain lagi halnya orang-orang di Mesir yang menemukan
mesin hitung dengan menggunakan kelereng beberapa saat sebelum Herodotus (sekitar
450 tahun sebelum masehi) menyadari kegunaannya.
Orang Yunani juga memiliki alat yang sama, sementara
di Roma, para sejarahwan mencatat tiga jenis mesin hitung yang pernah
diciptakan. Kebanyakan dari alat ini digunakan untuk merekap sebuah transaksi
melalui penambahan maupun pembagian.
Sekitar tahun 1633 seorang astronom Jerman, Wilhelm
Schickard (1592-1635), menemukan kalkulator digital otomatis yang diabadikan
lewat perangko tahun 1973. Penemuan mesin hitung sering kali dikaitkan dengan
filsuf asal Perancis, Blaise Pascal (1623-1662), yang merupakan penemu
kalkulus. Mesin buatan Pascal hanya mampu menambah dan mengurangi, tapi telah
mengundang banyak perhatian.
Pada tahun
sekitar 1670an, Gottfried Leibniz
mengenalkan mesin yang bisa mengalikan dan membagi.
Kemudian
komputer ditemukan oleh Charles Babbage (1792-1871) seorang ahli matematika
Inggris dan merupakan ilmuwan komputer pertama di dunia. Babbage dan temannya
Lady Lovelace menemukan mesin yang berbeda, yang memiliki operasi terprogram
berisi cabang-cabang terkondisi.
Asal mula
komputer modern bisa dilacak pada tahun 1940an, ketika komputer tabung vakum
seperti Komputer Universal Otomatis (UNIVAC) serta Komputer dan Intergrator
Angka Elektronik (ENIAC) ditemukan untuk mempercepat perhitungan matematika
yang panjang dan menjemukan yang biasa digunakan pihak militer. Mesin hitung
raksaksa ini memiliki berat sekitar 30 ton dan bertenaga 174 kilo watt. Dengan
standar saat ini, tentu mesin raksaksa ini tidak efisien dan tidak pintar,
karna mesin ini bekerja sama dengan apa yang sekarang orang lakukan dalam
telepon genggam untuk menghitung.
Beberapa
peneliti pada tahun 1956 bertemu di Universitas Dartmouth untuk mendiskusikan
kemungkinan pengembangan program komputer yang mampu “bersikap” cerdas.
Koferensi ini sangatlah penting dalam sejarah AI, karena disinilah arah
penelitian AI ditentukan, yang secara langsung mempengaruhi perkembangan
psikologi kognitif.
Pada awal
teknologi komputer, bahkan para ilmuwan AI memiliki impian luar biasa tentang
robot dan mesin berpikir. Sebuah tulisan yang sangat berpengaruh pada awal
tahun 1940an yang ditulis oleh seorang psikiater McCulloch dan Pitts
mengenalkan sebuah konsep yang memiliki pengaruh sangat besar bagi para ilmuwan
komputer. Berdasarkan konsep itu bahwa pikiran adalah hasil kerja otak,
terutama bagian dasar otak atau simpul-simpul saraf, mereka beranggapan bahwa
simpul-simpul saraf tersebut bisa dipandang sebagai “peralatan logika”.
Tidak lama
dari tulisan McCulloch dan Pitts, Von Neumann melihat hubungan antara sikap
logis neuron ketika berinteraksi dengan kinerja komputer digital. Neumann
menyatakan sangatlah mungkin untuk merancang sebuah komputer yang meniru otak
manusia, tidak hanya fungsinya akan tetapi strukturnya juga.
Mengikuti
jejak Neumann, Rosenblatt mengambil alih proyek perakitan komputer yang meniru
fungsi dan struktur otak manusia. Tujuan utamanya adalah menciptakan komputer
yang mampu mengenali bentuk dan hasilnya disebut perseptron serta berhasil
meniru struktur organisasi otak dengan sukses.
Sejauh ini
bagaimanapun juga, para ilmuwan masih terus menganggap AI masih dalam tahap
perkembangan yang masih panjang. Masing-masing perspektif di atas memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Contoh seperti program AI yang
sebagian besar masih memiliki pemikiran yang “kaku” seperti ketika seseorang
bertanya berapakah akar kuadrat 7, Anda mungkin akan menjawab “yah,.. di atas
8, dibawah 9, sekitar 8,5” komputer akan menjawabnya 8,54400376789699xxxx. Otak
manusia seperti dirancang dengan luar biasa untuk menyelesaikan sebuah
persoalan atau permasalahan dengan menggunakan gabungan emosional dan rasional.
Sampai sekarang belum ada komputer yang mampu melakukan hal itu. Sementara itu,
tidak ada manusia yang mampu menjawab pertanyaan akar kuadrat dalam hitungan
milidetik, seperti yang dilakukan kalkulator biasa.
B.
AI dan Kognisi Manusia (Mesin Berpikir)
Untuk
mengetahui dan memahami bagaimana hubungan AI dengan kognitif manusia, mari
kita perhatikan tugas kognitif terlebih dahulu secara sederhana. Kognitif
manusia bekerja untuk memecahkan proses matematika salah satunya, banyak
komputer mampu melakukan hal ini dengan cepat dan akurat, akan tetapi tidak
mampu menirukan nalar manusia.
Seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu alasan perbedaan komputer dengan
kognitif manusia adalah bahwa komputer biasanya memproses informasi secara
bersusun, menggunakan sebuah model proses yang berurutan, sementara biasanya
otak memproses informasi secara paralel. Semua orang yang merangkai model
proses distribusi paralel seperti neuron pada manusia, telah bekerja keras
untuk mencoba menemukan solusi atas pertanyaan tentang otak sebagai mesin
berpikir, dan apakah komputer mampu meniru kemampuan otak serta kognisi
manusia.
Setelah
melalui riset psikologi selama lebih dari 1 abad, terutama melalui riset
psikologi kognitif beberapa abad yang lalu. Apa yang sudah dipelajari mengenai
mesin berpikir manusia yaitu otak, adalah bahwa mesin ini berbeda dengan secara
fundamental dibandingkan dengan komputer Von Neumann yang sekarang biasa
digunakan. Mungkin AI akan berperan lebih jauh jika komputer sudah menyerupai
otak manusia. Untuk mengungkapkan hubungan AI dengan kognisi manusia, berikut
ini akan diuraikan perbandingan antara komputer yang berbasis silikon dengan
otak manusia berbasis karbon (dalam Solso, 2007):
Aspek-aspek
|
Komputer berbasis silikon (versi Von Neumann)
|
Otak berbasis karbon (manusia)
|
Kecepatan proses
|
Dalam satuan nanodetik.
|
Dalam satuan milidetik dampai dengan beberapa
detik.
|
Jenis
|
Terdiri dari rangkaian prosesor (umumnya).
|
Prosesor Paralel (seperti neuron-neuron).
|
Kapasitas
|
Sangat besar untuk menampung informasi.
|
Sangat besar untuk menampung informasi visual dan
linguistik.
|
Bahan penyusun
|
Silikon dan rangkaian elektronik.
|
Neuron dan organ-organ.
|
Akselerasi
|
Sangat patuh dan kooperatif.
|
Cukup kooperatif.
|
Kemampuan belajar
|
Sesuai program yang ditetapkan.
|
Konseptual.
|
Fitur unggulan
|
· Mampu memproses data yang sangat banyak
dalam waktu yang sangat singkat.
· Efesien dalam biaya.
· Sudah teratur.
· Mudah dirawat.
· Dan bisa diprediksi.
|
· Mampu membuat penilaian.
· Mampu menyimpulkan dan menyamaratakan
dengan mudah.
· Dalam hal pergerakannya: memiliki
bahasa, percakapan, vision, dan emosi.
|
Fitur terburuk
|
· Tidak mampu belajar sendiri dengan
cepat.
· Memiliki kesulitan dengan tugas kognitif
manusia yang rumit, seperti pemahaman bahasa dan produksi.
|
· Memiliki kapasitas penyimpanan dan
pemrosesan informasi yang terbatas; pelupa, dan cukup mahal dalam pemenuhan
permintaan makanan, minuman, tidur, suhu udara yang sesuai sebagai tambahan
atas segala kebutuhan-kebutuhan bio-psikologis lainnya(misal: cinta,
kebutuhan untuk dimiliki sex, dll).
|
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa beberapa program komputer bekerja lebih efektif daripada
pikiran manusia, dan kebanyakan sangat pintar menirukan hal-hal yang nyata.
Komputer mampu memecahkan beberapa masalah, seperti sebuah soal matematika yang
rumit dan mendetail, lebih cepat dan lebih akurat dari pada manusia. Tugas lain
seperti menggeneralisasikan dan mempelajari pola aktifitas yang baru, dilakukan
paling baik oleh manusia, dan komputer masih kalah baik. Maka dari itu, pikiran
manusia adalah murni proses kognisi manusia, yang bahkan jika disintesiskan oleh
mesin secara terpisah, tidak akan mampu diduplikasi oleh program-program AI.
C.
AI dan Sistem Pakar (Eliza, Parry dan
NETtalk)
Eliza merupakan salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi,
Eliza, ditulis oleh Joseph Weizenbaum (1966). Beberapa revisi atas Eliza telah
dibuat dari konsep aslinya. Pada satu program spesifik, bernama Doctor, Eliza mengambil peran seperti
seorang psikiater. Pada contoh berikut ini, peran Elizadi cetak dalam huruf
besar:
Semua
pria sama
DALAM
HAL APA
Meraka
selalu menjadi gangguan bagi kita dalam berbagai hal
BISAKAH KAMU MEMBERIKAN
CONTOH YANG LEBIH SPESIFIK
Yeah, pacarku membuatku
untuk datang ke sini
PACARMU MEMBUAT DATANG
KE SINI
Dia bilang aku depresi
sepanjang waktu
AKU TURUT BERSEDIH
MENDENGAR KAMU DEPRESI
Memang benar aku tidak
bahagia
APAKAH KAMU PIKIR DATANG
KE SINI BISA MENOLONGMU MERASA BAHAGIA
Yang pasti aku butuh
pertolongan
Percakapan
tersebut mungkin akan dianggap seseorang sebagai percakapan yang timbul dalam
wawancara antara seorang psikiater dan pasiennya. Bagaimanapun juga, mari kita coba telaah transkrip
tersebut lebih dalam. Respons dari komputer cenderung stereotipe, misalnya dia
diprogram untuk merespons beberapa kunci kalimat dengan respons yang hanyalah
merupakan transformasi dari kalimat aslinya. Seperti ketika “pasien” mengatakan
kata kunci “I’m”, Eliza merespons
dengan gaya tutur seperti “aku turut bersedih mendengarnya...” jika tidak ada
kata kunci yang ditemukan, komputer akan menjawab dengan ciri-cirinya yang
tanpa isi, atau pada beberapa kasus, berakhir menjadi transformasi yang lebih
awal.
Kapasitas
manusia dalam hal pengetahuan, perasaan, kecenderungan, dinamika kelompok, dan
seterusnya, terbentuk menjadi apa yang mau tidak mau kita sebut pengertian.
Eliza sebagai program komputer memiliki kekurangan itu.
Parry merupakan program komputer yang hampir sama namun percakapan seperti apakah
yang mungkin dihasilkan jika perannya dibalik yaitu jika seseorang psikiater
berbicara kepada pasien simulasi komputer?
Colby,
Hilf, Weber, dan Kraemer (1972) mensimulasikan seorang pasien, dan menyebut
program ini Parry. Mereka
mensimulasikan seorang pasien paranoid dan memilih seorang paranoid sebagai
subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoid
memang ada, perbedaan respons psikotis dan respons normalnya cukup hebat, dan
meraka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan
dari kemampuan pemisahan antara respons simulasi komputer dan respons manusia.
Colby dan para rekan-rekan penelitiannya, mengarahkan komputer tersebut untuk
melakukan tes tanya jawab (tes turing), dengan meminta sekelompok psikiater
untuk mewawancarai Parry menggunakan pesan yang disampaikan dalam bentuk
ketikan. Para juri (psikiater) diminta untuk mengukur kadar paranoid dari keseluruhan
respons.
Hasilnya
mengindikasikan sulit dibedakan model dan pasien dalam setting yang sangat
spesial.
NETtalk program ini memiliki jenis yang cukup berbeda, berdasarkan pada
jaringan-jaringan neuron, sehingga dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan
oleh Sejnowski. Program ini akan mengeluarkan suara, ketika membaca dan
menerjemahkan tulisan menjadi fenom-fenom. Setiap unit tulisan mengirimkan
sinyal melalui koneksi yang sudah ditambahkan ke semua unit-unit tersembunyi.
Jika
seluruh sinyal mampu mencapai unit tersembunyi melawati beberapa ambang pintu,
unit tersebut lalu menjadi aktif sebelum mengirim sinyal pada unit fonem.
Hasilnya adalah fonem yang menerima sinyal total terkuat. Ketika si “guru”
memberitahukan NETtalk bahwa dia membuat kesalahan – di sana dia hanya bisa
membaca “n” sebagai “m” misalkan, maka dia akan memperbaiki kesalahan tersebut
dengan menyesuaikan setiap kekuatannya menurut alogaritma pembelajaran yang
spesifik (Heppenheimer dalam Solso, 2007)
D.
Penggunaan AI Sebagai Expert System Yang Mendukung System
Pengambilan Keputusan
Menurut
Solso (2007) sistem yang berkinerja sebagai seorang ahli disebut juga sebagai
sistem pakar atau expert system. Pada
dasarnya, expert system adalah
spesialis tiruan yang memecahkan masalah yang termasuk dalam keahliannnya. expert system telah dirancang untuk
memecahkan masalah dalam bidang kedokteran, hukum, aerodinamis, dan hal-hal
rutin yang sangat banyak yang biasanya membosankan kita, atau bahkan beberapa
kasus yang sulit dipecahkan oleh manusia.
Sistem ini
mengikuti aturan-aturan yang telah ada, yang sering kali menggunakan organisasi
keputusan, tetapi bagaimana pun sistem ini hanya bisa memikirkan satu hal saja.
Expert system dalam bidang kesehatan misalnya mungkin tidak bisa
melihat isi dari sebuah lubang di lantai, tetapi ia bisa membuat diagnosis yang
akurat dan masuk akal pada manusia yang sedang menderita demam contohnya.
Ada sebuah
program yang disebut Puff, program
ini merupakan sebuah expert system
yang dirancang untuk mendiagnosa kelainan parru-paru, seperti kanker paru-paru,
dan berhasil mencapai keakuratan 89% - mendekali keakuratan seorang dokter yang
berpengalaman dibidangnya.
Sistem ini
memang selama ini lebih dikenal dalam bidang industri, militer, dan eksplorasi
ruang angkasa. Mereka cukup baik dalam menjalankan tugas yang memang dirancang
untuk mengerjakan tugasnya. Lebih menyenangkan lagi mereka tidak mengenal
pemogokan dan menuntut gaji lebih, tidak keberatan jika harus bekerja tanpa
henti, dan tidak meminta fasilitas kesejahteraan hidup.
Kesimpulan
(Contoh dan
Analisi)
Ketika kita
mendiskusikan tentang AI yang berkaitan dengan psikologi kognitif dan ilmu
neurologi. Ide-ide dari bidang yang satu, misalnya ilmu neurologi, bisa
digabungkan dengan bidang lainnya, misalnya AI, dan mungkin juga nantinya
ide-ide lain yang muncul dari psikologi kognitif dapat diterapkan dalam kedua
bidang lain tersebut.
Meskipun
pengembangan AI didedikasikan untuk mengembangkan mesin yang bertindak seakan
mereka pandai. Kebanyakan dirancang bertujuan untuk meniru proses kognisi
manusia.
Contoh:
Seperti yang kita ketahui bahwa semua program
atau arsitektur komputer membutuhkan bantuan operator atau user yang meskipun
hanya berperan kecil, tetapi tetap membutuhkan kemampaun kognisi manusia untuk
memerintahkan komputer tersebut dalam menjalani sesuai program ataupun perintah
yang di input kedalam komputer tersebut, sehingga terbentuklah AI pada komputer
yang menyerupai kognisi manusia.
Analisi:
Struktur kognitif pada manusia mencangkup
keseluruhan proses psikologis, Neisser (dalam Solso, 2007) menunjukan dengan
tepat kognisi manusia mengacu pada seluruh proses di mana input sensorik
diubah, dikurangi, dimaknai, disimpan, diambil kembali, dan digunakan oleh
orang itu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tidak
seperti perangkat komputer yang harus membutuhkan operator atau user dalam
melakukan sistem operasinya, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa manusia
memiliki sistem kognitif yang jauh lebih sempurna dibandingkan sistem komputer
yang hanya bisa beroperasi dengan bantuan external
AI dan
psikologi kognitif telah membuat hubungan simbiosis, masing-masing bagian
mendapat keuntungan dari peningkatan bagian lainnya. Peningkatan pada cara-cara
untuk meniru secara persisi persepsi manusia, ingatan, bahasa, dan pikiran,
tergantung pada pengertian bahwa proses ini dicapai oleh manusia. Perkembangan
AI meningkatkan pentingnya memahami kognisi manusia.
Daftar Pustaka
Solso, R.L., Maclin, O.H. Maclin, M.K. (Eds.). (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.